Klausa.co

Merah Putih di Tanah Borneo: Kisah Muso Salim dan Johan Masael dalam Perjuangan Kemerdekaan

Tugu Pahlawan di Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Di tempat inilah awal mula perjuangan Muso Bin Salim bermula. (Foto: Istimewa)

Bagikan

Klausa.co – Di balik kisah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tersembunyi tokoh-tokoh yang keberaniannya menggema di tingkat lokal, namun jarang terdengar di panggung nasional. Dua di antaranya adalah Muso Salim dan Johan Masael, dua sosok yang berjuang di Bumi Etam yang berjuang keras mengusir penjajah Belanda dari tanah Kalimantan.

Keduanya adalah simbol perlawanan rakyat di Kalimantan Timur, berjuang dengan tekad dan keberanian menghadapi kolonialisme, bahkan tanpa dukungan penuh dari pusat

Profil Muso Salim

Muso bin Salim atau Muso Salim adalah putra kelahiran Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Sebagai seorang anak daerah, ia sangat mengenal dan mencintai tanah kelahirannya. Jiwa nasionalisme Muso Salim tumbuh dari kecintaan terhadap tanah air dan keinginan untuk melihat Indonesia merdeka. Sebagai pejuang lokal, ia tak hanya mengangkat senjata melawan penjajah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitarnya untuk ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan.

Namun, meski telah memberikan pengabdian besar kepada bangsa, hingga saat ini Muso Salim belum secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional. Proses untuk mendapatkan gelar tersebut membutuhkan dukungan sejarah yang lebih kuat dan pengusulan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penghargaan atas jasanya tidak terabaikan begitu saja. Di tingkat lokal, nama Muso Salim sudah dikenang dan dihormati. Sebagai bentuk apresiasi, namanya diabadikan di salah satu jalan utama di Samarinda, Kalimantan Timur.

Baca Juga:  Sejarah 24 Maret 1946 : Penyebab Terjadinya Peristiwa Bandung Lautan Api

Profil Johan Masael

Johan Masael, dalam beberapa catatan berasal dari Balikpapan. Masael memiliki pengalaman yang cukup luas dalam dunia militer karena sempat tergabung dengan Polisi Kilat NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Namun, hati nuraninya memilih untuk membelot dari NICA dan bergabung dengan Badan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) pada tahun 1946. Langkahnya ini menunjukkan sikap patriotisme dan kesetiaannya terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Johan Masael dikenal sebagai pemimpin yang tangguh dan strategis. Berbagai operasi militer yang ia pimpin menunjukkan keberaniannya serta keahliannya dalam memimpin pasukan di medan tempur. Bersama Muso Salim dan para pejuang lain, Johan berperan penting dalam mengatur perlawanan terhadap penjajah di Kalimantan Timur.

Perjuangan Muso Salim dan Johan Masael di Kalimantan Timur

Perjuangan Muso Salim dan Johan Masael tak bisa dipisahkan dari kisah pertempuran di daerah Sanga-Sanga pada tahun 1947. Setelah pertempuran sengit melawan pasukan Belanda di Sanga-Sanga, mereka bergerak ke Kampung Jembayan untuk berkumpul dan menyusun strategi baru. Di sini, mereka bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Asyikin, dan membangun kekuatan bersama untuk menghadapi kekuatan Belanda yang lebih besar.

Baca Juga:  Sejarah 17 Agustus 1945: Menguak Fakta dan Menepis Hoaks di Balik Pembuatan Sang Saka Merah Putih

Keadaan semakin sulit ketika pada bulan Desember 1947, pasukan Johan Masael terdesak oleh pasukan KNIL di Loa Kulu. Meski terpaksa mundur, mereka tetap gigih melanjutkan perlawanan. Dalam perjalanan mereka menuju Kalimantan Selatan, Muso Salim dan Johan Masael melewati berbagai rintangan berat, termasuk hutan belantara di wilayah Mahakam. Di perjalanan menuju Barabai, Kalimantan Selatan, mereka memperkuat semangat juang pasukan dengan mengibarkan bendera Merah Putih, simbol keteguhan dalam mempertahankan kemerdekaan.

Kolaborasi antara Muso Salim dan Johan Masael menunjukkan kuatnya solidaritas dan semangat persatuan yang mereka bawa dalam perjuangan di Kalimantan. Meski mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, keduanya menyatu dalam cita-cita bersama, yaitu membebaskan Kalimantan dari cengkeraman kolonialisme. Dalam perjalanan mereka, tidak hanya pertempuran yang mereka hadapi, tetapi juga tantangan alam dan keterbatasan perbekalan. Namun, tekad mereka yang kuat membuat mereka tetap bertahan dan berjuang hingga titik darah penghabisan.

Baca Juga:  Detik-Detik Wafatnya Rasulullah SAW: Sakit, Wasiat, dan Pemakaman

Warisan dan Penghargaan

Meski belum mendapat gelar Pahlawan Nasional, keberanian dan pengorbanan Muso Salim tetap dihargai. Nama Muso Salim diabadikan sebagai nama jalan di Samarinda, yang menandakan penghargaan masyarakat Kalimantan Timur terhadap jasa-jasanya. Bagi masyarakat lokal, ia adalah sosok pahlawan sejati yang memberikan segalanya untuk tanah kelahirannya.

Johan Masael dan Muso Salim mungkin belum diakui secara luas di tingkat nasional, tetapi semangat perjuangan mereka tetap hidup dalam ingatan masyarakat Kalimantan Timur. Warisan perjuangan mereka adalah bukti bahwa kemerdekaan Indonesia tidak hanya diperjuangkan di Pulau Jawa, tetapi juga di daerah-daerah terpencil yang kontribusinya tak ternilai dalam sejarah bangsa.

Melalui kisah perjuangan mereka, kita belajar bahwa keberanian dan patriotisme tidak selalu berasal dari nama besar, tetapi dari semangat untuk merdeka yang tak pernah padam. Selamat Hari Pahlawan. (Fch2/Klausa)

Bagikan

.

.

Anda tidak berhak menyalin konten Klausa.co

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co