Samarinda, Klausa.co – Kehidupan di Rapak Dalam, Kecamatan Samarinda Seberang, menyimpan cerita tentang perjuangan akses pendidikan. Dalam sebuah reses yang diadakan beberapa pekan lalu, Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Satya Adi Saputra, mendengarkan keluhan warga RT 3, Rapak Dalam.
Keluhan warga berpusat pada keberadaan SMAN 10, yang dulunya menjadi andalan mereka, namun kini tak lagi beroperasi di lokasi tersebut.
“Dengan SMAN 10 dulu di sini, anak-anak kami punya pilihan yang lebih dekat dan layak,” ujar salah satu warga.
Kini, hanya SMAN 4 yang menjadi pilihan sekolah negeri di sekitar Rapak Dalam. Sayangnya, kapasitas SMAN 4 tak cukup menampung jumlah siswa yang terus meningkat setiap tahunnya.
Andi Satya memahami keresahan itu. Meski SMAN 4 lokasinya tidak terlalu jauh, jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di wilayah ini. Situasi ini diperburuk oleh sistem zonasi, yang meskipun bertujuan mendekatkan sekolah dengan rumah siswa, justru menjadi penghalang di kawasan dengan keterbatasan sekolah negeri.
“Sistem zonasi di daerah ini terasa tidak adil karena pilihan sekolah negeri sangat terbatas. Jika SMAN 10 bisa dipulihkan di lokasi semula, itu akan menjadi solusi nyata untuk masalah ini,” tegas Andi.
Tingginya persaingan untuk masuk SMAN 4 menjadi keluhan utama warga. Bagi banyak keluarga, peluang anak-anak mereka mengenyam pendidikan layak kian sempit.
Andi pun berjanji akan memperjuangkan aspirasi ini di tingkat provinsi. Menurutnya, pemulihan SMAN 10 bukan hanya solusi teknis, melainkan langkah strategis untuk memastikan pemerataan akses pendidikan di Rapak Dalam, Kutai Kartanegara, dan sekitarnya.
“Kami punya harapan sederhana. Pendidikan yang mudah diakses, merata, dan memberikan masa depan cerah untuk anak-anak kita. Bersama-sama, mari kita wujudkan itu,” tutup Andi. (Yah/Fch/ADV/DPRD Kaltim)
