Samarinda, Klausa.co – Nama Samarinda telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Kalimantan Timur (Kaltim). Namun, dari mana sebenarnya nama ini berasal? Sejumlah penelitian, termasuk yang dilakukan oleh Muhammad Sarip dan Nanda Puspita Sheilla dari Historia Kaltim, menemukan delapan versi asal-usul penamaan Samarinda. Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing versi yang menawarkan pandangan beragam tentang toponimi ibu kota Kalimantan Timur ini.
1. Sama Rendah dalam Bahasa Kutai
Versi ini mengaitkan nama Samarinda dengan bahasa Kutai, yakni gabungan kata sama dan rendah. Istilah ini merujuk pada posisi sosial pendatang yang dianggap setara sebagai “orang rendahan” di bawah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara.
2. Kesetaraan Rumah Rakit dalam Bahasa Melayu
Versi kedua datang dari bahasa Melayu. Kata sama dan rendah menggambarkan kondisi rumah-rumah rakit di Samarinda Seberang yang mengapung di pinggir sungai. Rumah-rumah ini memiliki tinggi yang seragam, mencerminkan kesetaraan di antara penghuninya.
3. Konteks Geografis ala Bugis Wajo
Dalam versi ini, istilah sama dan rendah dikaitkan dengan keadaan geografis Samarinda yang terletak di antara dua dataran rendah. Nama ini muncul dari komunitas Bugis Wajo yang bermukim di kawasan tersebut atas perintah Raja Kutai.
4. Samarendo dari Bahasa Sanskerta
Sebagian narasi menyebut nama Samarinda berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Samarendo. Dalam bahasa ini, istilah tersebut berarti “selamat” atau “sejahtera”, sebuah doa untuk kemakmuran dan harmoni.
5. Jejak Sulawesi Utara: Samarindo
Nama Samarinda juga diyakini memiliki kaitan dengan Kecamatan Samarindo di Sulawesi Utara. Dalam versi ini, istilah Samarindo merujuk pada “kampung yang menghadap matahari terbit”, sebuah simbol kebangkitan dan harapan.
6. Keindahan Samar-samar
Versi ini muncul dari bahasa Melayu, yaitu frasa samar-samar indah. Nama ini menggambarkan pemandangan kota yang terlihat samar-samar namun tetap menampilkan keindahan, terutama saat dipandang dari kejauhan.
7. Keselarasan Alam dalam Bahasa Banjar
Versi ketujuh datang dari bahasa Banjar. Gabungan kata sama dan randah menggambarkan keadaan geografis Samarinda yang sejajar dengan permukaan Sungai Mahakam. Harmoni antara daratan dan sungai ini menjadi filosofi penting dalam menjaga hubungan manusia dengan alam.
8. Seni Merenda dari Perahu Dayung
Salah satu versi paling unik adalah frasa sama-sama merenda. Ini merujuk pada pola gerakan mendayung perahu yang tampak seperti renda, mencerminkan kerja sama dan keindahan harmoni dalam masyarakat Samarinda masa lampau.
Penelitian mendalam yang menggunakan metode heuristik dan verifikasi ini berhasil memvalidasi delapan versi tersebut. Namun, dari sekian narasi, versi bahasa Banjar yang menghubungkan nama Samarinda dengan kondisi geografis daratan dan sungai yang sama rendah menjadi yang paling diterima secara ilmiah. Versi ini juga memperkuat pandangan bahwa penamaan lokalitas sering kali bersumber dari realitas lingkungan sekitar.
Relevansi Sejarah untuk Masa Kini
Hasil penelitian ini tak hanya berkontribusi pada historiografi Kalimantan Timur, tetapi juga memberikan pesan moral. Nama Samarinda, apa pun versi yang dipercaya, mengingatkan masyarakat untuk menjaga keselarasan dengan alam dan mempertahankan nilai-nilai kesetaraan sosial. Peneliti juga merekomendasikan pemerintah daerah untuk meninjau ulang Peraturan Daerah tentang Hari Jadi Samarinda agar lebih selaras dengan fakta sejarah.
Delapan versi ini bukan hanya sekadar narasi, melainkan bagian dari identitas Samarinda yang terus berkembang. (Nur/Fch/Klausa)