Samarinda, Klausa.co – Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menyerukan perlunya kesadaran kolektif masyarakat dalam memilih pemimpin berkualitas pada Pilkada. Ia menyoroti persoalan klasik demokrasi lokal yang masih dirundung politik uang dan rendahnya standar dalam memilih calon pemimpin.
“Kita ingin melihat perubahan nyata di Samarinda, bukan sekadar janji kampanye yang kosong,” kata Andi Harun dalam peresmian Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bumi Sempaja, Jumat (6/12/2024).
Menurut pria yang kerap disapa AH itu, praktik politik uang menjadi tantangan utama dalam membangun demokrasi sehat. Ia menilai perilaku masyarakat yang tergoda iming-iming materi sebagai penghambat proses seleksi pemimpin yang berintegritas.
“Sayangnya, masih ada yang rela menjual suara demi uang Rp100 ribu atau sekantung beras. Padahal, kita membutuhkan pemimpin yang berkualitas,” tegasnya.
Ia mengajak masyarakat menjadikan integritas dan kompetensi sebagai indikator utama dalam memilih pemimpin. Andi Harun juga berkomitmen untuk tidak terlibat dalam praktik politik uang.
“Berapapun uang yang mereka bagikan, mari kita pilih calon berkualitas. Demi Allah, demi Rasul, saya maju di Pilkada tanpa bagi-bagi uang,” ujar Andi Harun yang akrab disapa AH.
Andi Harun turut berbagi pengalamannya maju sebagai calon independen karena enggan membayar mahar politik kepada partai.
“Partai politik enggan mendukung karena mahalnya mahar. Saya maju independen, dan akhirnya mereka bergabung setelah melihat potensi kemenangan saya,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Pilkada di Samarinda harus menjadi contoh bahwa uang bukan segalanya dalam memenangkan suara rakyat.
“Di Samarinda, kami ingin menunjukkan bahwa uang tidak bisa membeli kemenangan. Kalau kalian tidak berkualitas dan tidak punya komitmen, uang sebanyak apapun tidak akan berarti,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Andi Harun menyoroti keberhasilan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mendukung program pembangunan. Ia mencontohkan relokasi warga bantaran sungai yang berjalan tanpa konflik berarti.
“Masyarakat melihat pemerintah benar-benar bekerja untuk kepentingan mereka. Kesadaran kolektif pun muncul, sehingga program berjalan lancar,” jelasnya.
Andi menegaskan bahwa kerja konkret dan kolaborasi adalah kunci utama mewujudkan pembangunan yang berdampak luas.
“Tidak perlu takut selama itu untuk kepentingan orang banyak,” tutupnya dengan optimisme. (Yah/Fch/Klausa)