Samarinda, Klausa.co – Ditengah kasus penyebaran COVID-19 yang kian mengkhawatirkan. Banyak pasien isolasi mandiri (isoman) di Kota Samarinda yang tewas akibat virus ini. Bahkan hanya dalam waktu sepekan, Tim Inafis Satreskrim Polresta mencatat sudah melakukan evakuasi sebanyak 30 mayat terkonfirmasi positif COVID-19.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Andika Dharma Sena diwakili Kasubnit Inafis Aipda Harry Cahyadi ketika dikonfirmasi media ini Jumat (23/7/2021) siang.
Pria yang akrab disapa Harry itu menyampaikan, mayat pasien Isoman yang terakhir mereka jemput adalah warga di Jalan Ulin, Kecamatan Sungai Kunjang. Laporan mengenai adanya temuan mayat pasien isoman itu diterima pihaknya pada Kamis (22/7/2021) malam, Sekita pukul 22.30 WITA.
Korban merupakan seorang pria, pertama kali ditemukan tak bernyawa oleh pihak keluarganya, yang juga tengah menjalani isoman dirumahnya. Setelah mendapatkan laporan tersebut, Tim Inafis Satreskrim Polresta Samarinda langsung mengevakuasi korban. Untuk selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS).
Diketahui, korban terkonfirmasi positif COVID-19 dan tengah menjalani isoman bersama lima orang sanak keluarganya. Sebelumnya, Tim Inafis juga telah melakukan evakuasi terhadap jenazah ibu korban yang juga terkonfirmasi positif.
“Sebelumnya, tepatnya dua hari yang lalu ibu korban juga meninggal dunia dan terkonfirmasi positif COVID-19. Jadi di rumah itu ada enam orang, nenek-kakek, ibu-bapak dan anak dua. Seluruhnya terkonfirmasi positif COVID-19 dan tengah menjalani Isoman,” ungkapnya.
Harry mengatakan, seluruh penghuni yang tengah menjalani isoman berjumlah enam orang. “Semuanya tidak dirawat di rumah sakit, hanya Isoman saja. jadi sekarang masih ada empat orang dirumah itu yang sedang jalani Isoman,” imbuhnya.
Hingga saat ini Tim Inafis masih harus menunggu hasil Swab dari pihak rumah sakit. Lantaran banyaknya jenazah yang tengah ditangani saat ini. Apabila hasilnya dinyatakan terkonfirmasi positif, maka korban akan dimakamkan di pemakaman COVID-19 Serayu, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara.
“Jenazah langsung kami bawa ke RSUD AWS untuk dilakukan Swab. Apabila Swab hasilnya negatif akan kami kembalikan ke pihak keluarga. Tapi apabila positif kami akan memakamkannya ke pemakaman COVID-19 Serayu di Kelurahan Tanah Merah,” terangnya.
Ditambahkan Harry, total dalam sepekan ini Tim Inafis Satreskrim Polresta Samarinda sudah mengevakuasi jenazah warga kota Samarinda yang terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 30 orang.
“Sedangkan pasien terpapar COVID-19 yang tengah menjalani Isoman, karena semakin parah dan kami bawa ke Rumah Sakit untuk dilakukan perawatan ada 17 orang,” tandasnya.
Seperti diketahui, sebaran Covid-19 di Kota Tepian belum mereda. Seluruh wilayah pun dalam kategori merah. Hal ini berdampak pula pada rasio dan kapasitas tempat tidur COVID-19 atau biasa disebut Bed Occupation Rate (BOR) ikut melonjak hingga 82,47 persen.
Walhasil masyarakat yang menjalani isolasi mandiri (isoman) susah mendapatkan fasilitas kesehatan ketika kondisi kesehatannya menurun. Bahkan diantaranya bernasib lebih malang. Meninggal dunia ketika menjalani isoman.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Â Kota Samarinda Ifran, tim BPBD telah mengevakuasi 9 jenazah isoman selama tiga hari ini.
“Belum termasuk rekan – rekan Inafis dan relawan sendiri. Dlm tiga hari ini perkiraan saya,kemungkinan sekitar 17an lah,” kata Ifran ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon.
Sebagian besar jenazah yang dievakuasi riwayat medisnya terkonfirmasi positif COVID-19 dari hasil Swab Antigen dan sebab meninggalnya karena saturasi oksigen yang menurun jauh.
Terkait potensi tren kenaikan jumlah pasien isoman yang meninggal dunia, Ifran menyatakan ada 3 penyebab terbesar yang akan membuat tren akan menaik. Penyebab tersebut berdasarkan pengamatan kacamata awam dan tim BPBD yang sering menghadapi situasi tersebut.
“Pertama, pasien ada niat dirawat di rumah sakit, tapi karena kapasitas di rumah sakit penuh, akhirnya merawat sendiri,” jelas Ifran.
Kedua, lanjutnya, masyarakat masih ketakutan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ketakutan ini seperti, kegiatan yang sangat terbatas karena dimasukkan ke ruang isolasi bahkan ketakutan adanya pemasangan ventilator.
“Ketiga, setelah kita perhatikan beberapa hari ini kekurangan oksigen. Sehingga mereka yg isoman tidak bisa mendapatkan fasilitas kaya di rumah sakit. Karna peralatan dan obat – obatan yg tidak mendukung, penyakit mereka sudah parah dan dipicu covid yaa itu yang buat mereka meninggal,” terang Ifran.
Terkait sengkarut permasalahan kesehatan di masa pandemi, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda kini telah mengambil langkah antisipasi cepat. Dimana, Satgas COVID-19 Kecamatan dan setiap Puskesmas lebih optimal.
Langkah itu tertuang dalam surat bernomor 440/22348/100.2 tentang pembagian tugas surveillance kecamatan. Layanan telemedicine nantinya akan diberikan bagi masyarakat yang melakukan isoman. Layanan tersebut bisa diakses melalui daring ke setiap call centre Satgas Kecamatan.
“Ini semua kan lagi proses transisi yang butuh waktu. Kami kan melihat kasus isoman yang tergolong berat dan memang kasus kali ini berbeda dengan lonjakan kasus tahun lalu. Dan, ini terjadi di seluruh Indonesia, makanya kami ambil langkah cepat,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda, Ismid Kusasih.
Bantuan obat dan multivitamin nantinya juga akan diberikan ke pasien isoman setelah melakukan telemedicine. Jika menunjukan gejala berat, Satgas Kecamatan diminta melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk mencari fasilitas kesehatan yang dapat menangani kasus tersebut.
“Nanti ada juga Satgas Kecamatan dan Kelurahan yang turun langsung. Nanti kalau kondisi ekonomi susah ya bisa dibantu. Sarana ambulance juga sedang dikoordinasi untuk bawa pasien isoman yang berat ke faskes. Untuk kapasitas BOR saat ini lagi berusaha untuk ditambah. Tapi kan nggak bisa seperti membalikkan telapak tangan, kan butuh waktu. Harus siapkan sarana dan tenaganya,” bebernya.
Tak hanya layanan telemedicine. Setiap Satgas Kecamatan diminta agar dapat ikut serta dalam pemulasaraan. Langkah itu untuk mengurangi beban rumah sakit yang selama ini menjadi tim pemulasaraan.
“Sekarang karena COVID-19 sudah selama ini mereka (nakes) juga sudah lelah jadi Satgas Kecamatan kita juga bentuk tim pemulasaraan,” tandasnya. (Tim Redaksi Klausa)