Bandung, Klausa.co – Dia merasa tidak enak badan sejak beberapa hari lalu. Kulitnya gatal-gatal dan muncul bintik-bintik merah. Ia mengira itu hanya alergi biasa. Namun, ketika ia pergi ke puskesmas terdekat, ia mendapat kabar yang mengejutkan. Ia diduga terinfeksi virus cacar monyet atau monkeypox, penyakit langka yang bisa berakibat fatal.
Ia adalah seorang warga Bandung yang tidak mau disebutkan namanya. Ia menjadi pasien terkini yang terkonfirmasi terpapar virus cacar monyet di Indonesia. Kementerian Kesehatan mengumumkan hal ini pada Selasa (31/10/2023), setelah menerima hasil laboratorium dari spesimen yang diambil dari pasien.
“Kami sudah menerima laporan ini sejak 23 Oktober 2023, dari salah satu puskesmas di Bandung. Gejala pasien tersebut mirip dengan ciri-ciri yang mengarah ke monkeypox,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Ira Dewi Jani.
Menurut Ira, pasien tersebut kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Di sana, ia menjalani pemeriksaan dan pengambilan spesimen lagi pada 24 Oktober. Tiga hari kemudian, hasilnya keluar. Pasien positif terinfeksi virus cacar monyet.
“Virus ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian. Kami harus melakukan isolasi dan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan sejauh mana tingkat keparahannya,” kata Ira.
Hingga kemarin, kondisi pasien masih stabil. Namun ia tidak bisa dipulangkan karena harus tetap berada di bawah pengawasan medis. Ira mengatakan, tim kesehatan dari Dinkes Bandung sudah melakukan pemeriksaan kepada orang-orang yang berpotensi kontak erat dengan pasien, termasuk anggota keluarganya.
“Hasilnya, seluruh anggota keluarga tidak ada yang menunjukkan gejala cacar monyet. Kami awasi ya daripada kami kehilangan gitu, pokoknya dikasih edukasi keluarganya soal kontak erat. Dia tinggal di situ, jadi harus diawasi dan pemantauan gejala ke arah monkeypox,” jelasnya.
Cacar monyet adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga poxvirus. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada monyet di Afrika pada tahun 1958. Penularannya bisa melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tupai, atau tikus, atau dengan manusia yang sakit.
Gejala cacar monyet mirip dengan cacar air, yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam kulit. Namun, cacar monyet memiliki gejala khas dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kemudian, di bagian kulit seperti ada nanah dan di bagian tengah terlihat titik layaknya donat.
“Kalau cacar air kan bening saja,” ucap Ira.
Belum ada vaksin atau obat spesifik untuk cacar monyet. Pengobatannya hanya bersifat simptomatik, yaitu mengurangi gejala dan mencegah infeksi sekunder. Pencegahan terbaik adalah menghindari kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. (Mar/Bob/Klausa)