Bali, Klausa.co – Perang dua Negara antara Rusia vs Ukraina memberikan dampak dan mengakibatkan instabilitas yang signifikan pada perekonomian global. Bahkan, memicu kenaikan harga sejumlah komoditas. Dampak tersebut dirasakan berbagai Negara di Dunia termasuk Indonesia.
Ketegangan kedua Negara itu disebut-sebut merugikan dan benar-benar mengganggu proses pemulihan ekonomi. Akan tetapi kata Gubernur Isran Noor, prospek perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Timur diprediksi masih berjalan dengan baik.
“Saya rasa prospek perkebunan kelapa sawit dalam lima tahun ini, di Kaltim masih bagus,“ ungkap orang nomor satu Benua Etam itu saat menghadiri IPOC (Indonesian Palm Oil Conference) pada Kamis (3/11/2022) di Bali International Convention Centre, The Westin Resort Nusa Dua, Bali.
Walaupun kondisi perekonomian Dunia terganggu imbas terjadinya krisis antara Rusia dan Ukraina. Isran Noor yakin jika industri sawit tetap akan bertahan dan berkembang lagi, terlebih jika dikelola secara berkelanjutan.
“Persoalan pasar tidak akan menggangu industri sawit, saya yakin industri ini tetap berkembang,” jelas Bupati Kutai Timur ketiga priode 2009-2015 tersebut.
Menambahkan pernyataan tersebut, Ujang Rachmad yang merupakan Kepala Dinas Perkebunan Kaltim merasa bahwa masa depan perkebunan sawit di Benua Etam dipastikan semakin membaik.
Tidak hanya dalam konteks lima tahun ke depan, tetapi diharapkan dapat berjalan sepanjang masa. Pasalnya, industri sawit ini merupakan kegiatan ekonomi produktif yang bisa dikatakan akan terus berkelanjutan.
Apabila pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit dikelola secara tepat baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Maka provinsi yang memiliki sepuluh kabupaten/kota ini akan mendapat manfaat positif dari usaha perkebunan.
Saat ini, pihaknya tengah mengembangkan luasan lahan perkebunan sawit di Kaltim dengan capaian hingga 1,3 juta hektare dari izin yang ada seluas 2,8 juta hektare. Pada kesempatan ini, ia menargetkan luasan perkebunan sawit akan terus ditingkatkan sesuai jumlah izin yang telah diberikan.
“Dalam 5-10 tahun kedepan, pemerintah provinsi menargetkan punya kebun sawit seluas 2,5 juta hektar,” bebernya.
Untuk mewujudkan target-target yang ingin dicapai tersebut, Pemerintah Provinsi Kaltim juga telah meletakkan desain terkait industri kelapa sawit ini. Dengan harapan suatu saat nanti, industri ini dapat menggantikan ekonomi berbasis sumber daya alam yang tidak terbarukan seperti gas, minyak dan batu bara.
“Kita akan melangkah kesana, dari sisi hulu kita sudah siap, dari industri hilirnya juga sudah bergerak. Tinggal menunggu waktu saja,“ paparnya.
Pada kesempatan itu, ia mendorong agar usaha perkebunan sawit dapat melakukan penerapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai bentuk pengelolaan sawit yang berkelanjutan.
ISPO merupakan standar dan indikator kerja utama di perkebunan. “Di Kaltim tercatat 65 perusahaan sudah mendapat sertifikat ISPO,” tegasnya.
(APR/ADV/Diskominfo Kaltim)
IKUTI BERITA KLAUSA LAINNYA DI GOOGLE NEWS