Klausa.co

Sejarah 27 Agustus 1883 : Ledakan Terdahsyat Krakatau Ciptakan Kiamat Kecil yang Mengguncangkan Dunia

Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22/12 pukul 17.22 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak atau sekitar 1.838 meter di atas permukaan laut. (ANTARA FOTO/BISNIS INDONESIA/NURUL HIDAYAT)

Bagikan

Klausa.co – Hari ini 138 tahun yang lalu, tepatnya 27 Agustus 1883, telah terjadi letusan terdahsyat dari Gunung Krakatau. Sejak saat itulah, gunung merapi yang terletak diujung Selat Sunda itu dikenal dunia. Pasalnya letusan itu merupakan yang terkuat dalam sejarah, dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).

Dalam catatan sejarah, erupsi Gunung Krakatau dimulai sejak Mei 1883. Lalu, intensitasnya bertambah pada Minggu, 26 Agustus, sekitar pukul 12.53 WIB. Dan mencapai puncaknya pada Senin, 27 Agustus 1883. Letusan permulaan menyemburkan awan gas yang bercampur material vulkanik setinggi 24 kilometer di atas Gunung Perboewatan.

Diperkirakan, puing-puing dari aktivitas letusan sebelumnya, pada 20 Mei 1883 telah menyumbat leher kerucut, yang memungkinkan terjadinya tekanan di ruang magma. Klimaksnya adalah ledakan mahadahsyat yang terjadi pada Senin, 27 Agustus 1883 pukul 10.02 pagi. Empat ledakan dahsyat yang terjadi membikin tuli orang-orang yang berada relatif dekat dengan Gunung Krakatau.

Suaranya dikabarkan terdengar hingga Perth, Australia, atau sekitar 4.500 kilometer jauhnya. Bencana itu sampai menenggelamkan gunung Perboewatan dan Danan ke dalam kaldera di bawah laut. Ledakan Krakatau ini menjadi salah satu bencana besar yang pernah melanda dunia. Tercatat, suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar sampai radius lebih dari 4.600 km.

Advertisements

Terdengar mulai di sepanjang Samudra Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur. Letusan tersebut masih tercatat sebagai suara letusan paling keras yang pernah terdengar di muka Bumi.

Baca Juga:  Sejarah 9 Agustus 1945: Jatuhnya Bom Atom 'Fatman' di Jepang, Membuka Jalan Indonesia Menuju Kemerdekaan

Siapa pun yang berada dalam radius 10 kilometer niscaya menjadi tuli. The Guiness Book of Records mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai bunyi paling hebat yang terekam dalam sejarah.

“Akibatnya tak hanya melenyapkan sebuah pulau beserta orang-orangnya, melainkan membuat mandek perekonomian kolonial yang berusia berabad-abad,” demikian ungkap Simon Winchester, penulis buku Krakatoa: The Day the World Exploded, 27 Agustus 1883.

Para Ilmuwan menyatakan letusan dahsyat Gunung Krakatau pada Senin, 27 Agustus 1883 itu bahkan kekuatannya setara dengan 100 megaton bom nuklir, atau setara 13.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki.

Advertisements

Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa. Lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru. Seperti dimuat situs Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), beberapa partikel abu Krakatau, memiliki ukuran 1 mikron (atau satu per sejuta meter), ukuran yang tepat untuk menghamburkan warna merah, namun masih memberi peluang bagi warna lain untuk menerobos.

Sinar Bulan yang bersinar putih berubah menjadi biru, kadang hijau. Bulan berwarna biru bertahan bertahun-tahun pasca-erupsi. Kala itu, tak hanya Bulan yang penampakannya berubah. Orang-orang saat itu juga menyaksikan Matahari berwarna keunguan seperti lavender.

Ilustrasi letusan Gunung Krakatau pada 1883.(Wikipedia)

Sejumlah laporan bahkan menyebut, korban letusan Krakatau mencapai 120 ribu. Kerangka-kerangka manusia ditemukan mengambang di Samudra Hindia hingga pantai timur Afrika sampai satu tahun setelah letusan.

Baca Juga:  Sejarah 2 September : Perjanjian Damai Salehuddin Al-Ayyubi dan Richard the Lion Heart Mengakhiri Perang Salib III

Dikutip dari situs sains LiveScience, muncul dinding air setinggi 120 kaki atau 36,5 meter, yang dipicu melesaknya Krakatau dan naiknya dasar laut. Di wilayah pesisir, suara gelegar terdengar dari kejauhan, suaranya kian dekat dan kuat. Laut pun kemudian menggila.

Advertisements

Ledakan tersebut melemparkan sekitar 45 kilometer kubik material vulkanik ke atmosfer. Menggelapkan langit yang menaungi wilayah yang berada di radius 442 km dari Krakatau. Barograf di seluruh dunia mendokumentasikan tujuh kali gelombang kejut.

Digambarkan, dalam 13 hari, lapisan sulfur dioksida dan gas lainnya mulai menyaring jumlah sinar matahari yang bisa mencapai Bumi. Efek atmosfer yang diakibatkan membuat pemandangan matahari terbenam yang spektakuler di seluruh Eropa dan Amerika Serikat.

Suhu global rata-rata mencapai 1,2 derajat lebih dingin selama lima tahun setelahnya. Pasca-erupsi dahsyat, Krakatau hancur sama sekali. Mulai pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelahnya, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau.

Dia terus meletus secara sporadis sejak saat itu. Ia sedang bertumbuh, terus mendekati ukuran induknya yang hancur berkeping.

Advertisements

Penyebab Erupsi Krakatau

Baca Juga:  Sejarah 30 Maret 1432 : Lahirnya Sang Penaklukan Konstantinopel, Muhammad Al Fatih
Ilustrasi letusan Gunung Krakatau pada 1883 (Wikipedia)

 

Dilansir History, letusan Gunung Krakatau berasal dari pergerakan lempeng tektonik yang membentuk kerak bumi. Hal itu terus bergerak melawan satu sama lain di atas lapisan cairan tebal atau mantel.

Catatan, Indonesia terletak di jantung zona subduksi, lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan sebagian Lempeng Asia (Sumatera) saat bergerak ke utara. Sedangkan, Pulau Krakatau berada di Selat Sunda, antara Jawa dan Sumatera.

Advertisements

Sebagai lempeng samudera yang lebih berat, lempeng Indo-Australia meluncur di bawah lempeng benua yang lebih ringan dan lebih tebal (lempeng Asia/Sumatera).

Batuan sertamaterial lain yang meluncur bersamanya memanas saat tenggelam di bawah permukaan bumi. Batuan cair (atau magma) dari bawah mengalir ke atas melalui saluran ini, membentuk gunung berapi.

Pada 1883, ada tiga puncak Krakatau yang berfungsi sebagai jalan keluar untuk ruang magma. Analisis menunjukkan selama letusan sebelumnya, puing-puing menyumbat leher Perboewatan dan tekanan kemudian terbentuk di bawah penyumbatan.

Setelah ledakan awal membelah ruang magma dan gunung berapi mulai runtuh, air laut yang bersentuhan dengan lahar panas menciptakan bantalan uap panas eksplosif dan membawa aliran lava hingga 25 mil (40 km) dengan kecepatan hingga 62 mph.

Advertisements

(Tim Redaksi Klausa)

Bagikan

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co