Klausa.co

Swipe untuk membaca artikel

Search

Akulturasi Jawa-Banjar dalam Bahasa dan Arsitektur pada Masa Kesultanan Banjar (2)

Ilustrasi kehidupan warga pada era Kesultanan Banjar. (Klausa.co)

Bagikan

Klausa.co – Kalimantan Selatan memiliki sejarah yang kaya dan menarik, terutama terkait dengan Kesultanan Banjar, salah satu kerajaan Islam di Nusantara yang berdiri pada abad ke-16. Kesultanan Banjar memiliki hubungan erat dengan Jawa, baik dalam hal agama, budaya, maupun politik.

Berikut adalah ulasan singkat tentang sejarah Kesultanan Banjar dan jejak akulturasi Jawa dan Banjar.

Latar Belakang Berdirinya Kesultanan Banjar

Kesultanan Banjar berawal dari Kerajaan Negara Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berpusat di Kalimantan Selatan. Pada akhir abad ke-15 Masehi, terjadi konflik dinasti di antara keluarga kerajaan Negara Daha. Pangeran Samudera, cucu dari Maharaja Sukarama, ditunjuk sebagai pewaris takhta. Namun, Pangeran Tumenggung, putra Maharaja Sukarama, tidak terima dan membunuh kakaknya, Pangeran Mangkubumi, untuk merebut kekuasaan.

Baca Juga:  Sejarah 13 Agustus 1787: Dari Penyerahan Kaltim ke Belanda, hingga Terpilih jadi IKN

Pangeran Samudera yang merasa terancam kemudian melarikan diri ke daerah hilir Sungai Barito atau Banjar. Di sana, ia bertemu dengan Khatib Dayan, seorang ulama dari Kesultanan Demak yang menyebarkan agama Islam di Kalimantan. Pangeran Samudera kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sultan Suriansyah. Ia juga mendirikan Kesultanan Banjar pada tahun 1520 Masehi dengan bantuan dari Demak.

Advertisements

Masa Kejayaan dan Hubungan dengan Jawa

Kesultanan Banjar mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1595-1638 M). Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Kalimantan Selatan dan Tengah. Ia juga menjalin hubungan dagang dengan berbagai negara asing, seperti Inggris, Belanda, Portugal, Spanyol, dan Tiongkok. Komoditas utama yang diperdagangkan adalah lada hitam, madu, rotan, emas, intan, damar, dan kulit binatang.

Baca Juga:  Peleburan Bahasa Jawa dan Banjar, Jejak Sejarah dan Budaya (3)

Kesultanan Banjar juga memiliki hubungan erat dengan Jawa, khususnya dengan Kesultanan Mataram. Sultan Mustain Billah mengirimkan utusan ke Mataram untuk mengucapkan hormat kepada Sultan Agung dan meminta bantuan untuk menghadapi ancaman Belanda.

Sultan Agung pun mengirimkan pasukan untuk membantu Banjar melawan Belanda. Namun, hubungan antara Banjar dan Mataram menjadi renggang setelah Sultan Agung meninggal dan digantikan oleh putranya, Amangkurat I.

Jejak Akulturasi Jawa dan Banjar

Pengaruh Jawa terhadap Banjar dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah bahasa. Bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa Melayu yang mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa. Hal ini disebabkan oleh kontak budaya yang terjadi sejak masa kerajaan Majapahit hingga Demak. Beberapa contoh kosa kata serapan bahasa Jawa dalam bahasa Banjar adalah:

Baca Juga:  Batik Hokokai: Jejak Budaya Jepang di Pesisir Utara Jawa
Advertisements

Banyu (air)
Awak (badan)
Lawang (pintu)
Igal (tari)
Sabun (sabun)
Rabit (robek)

Selain bahasa, pengaruh Jawa juga tampak dari arsitektur masjid-masjid peninggalan Kesultanan Banjar. Tiga masjid yang memiliki ragam arsitektur menyerupai masjid agung Demak adalah masjid Kuin, Jami, dan Basirih. Masjid-masjid ini dibangun dengan menggunakan kayu dan bambu, serta memiliki atap bertingkat yang melambangkan tingkatan surga. (Fch/Klausa)

Bagikan

prolog dan benuanta

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co