Klausa.co – 17 Agustus 1946 atau 78 tahun lalu, Indonesia baru menikmati masa kemerdekaan selama satu tahun. Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) pertama inilah menjadi tonggak utama prosesi perayaan hari kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun ini, cikal bakal Pasukan Pengibar Bendera Pusaka alias Paskibraka dibentuk. Hingga kini saban tahun pemuda-pemudi terbaik dipilih untuk melakukan prosesi pengibaran sang saka merah putih.
Awal Terbentuknya Paskibraka
Sejarah terbentuknya Paskibraka bermula dari tahun 1946, ketika Presiden Soekarno memerintahkan Mayor Husein Mutahar, seorang ajudannya, untuk menyiapkan upacara pengibaran bendera pusaka di Yogyakarta.
Sebagai informasi pada saat itu pusat kepemimpinan Indonesia dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Tepatnya pada 29 September 1945, pasukan Sekutu yang mendarat di Priok telah diboncengi Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) pimpinan Van Der Plass sebagai wakil Van Mook.
Akibat keamanan Jakarta yang semakin memburuk, ibu kota pun dipindahkan ke Yogyakarta pada 4 April 1946.
Kembali ke Mayor Husein, atas permintaan Soekarno itu, dia mendapat ide untuk melibatkan para pemuda dari berbagai daerah sebagai petugas pengibar bendera. Namun, karena situasi saat itu masih belum aman, ia hanya bisa memilih lima orang pemuda.
Mayor Husein hanya menunjuk lima orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putri dan 2 orang putra sebagai perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Lima orang yang melambangkan Pancasila.
Pada upacara tersebut, Presiden Soekarno bertugas sebagai Inspektur Upacara. Upacara ini juga dihadiri Wapres Moh. Hatta, Panglima Besar Jenderal Soedirman dan para menteri.
Kelima pemuda ini berhasil mengibarkan bendera pusaka dengan lancar dan khidmat di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Mereka menjadi saksi sejarah bahwa Indonesia masih berdaulat dan merdeka meskipun dikepung oleh penjajah yang masih berusaha membuat negara ini takluk.
Perkembangan Nama dan Formasi Paskibraka
Pada tahun 1950, setelah ibu kota pindah ke Jakarta, Mayor Husein Mutahar tidak lagi mengurusi pengibaran bendera pusaka. Upacara pengibaran bendera pusaka tetap dilakukan setiap tahun di Istana Merdeka oleh pasukan yang diambil dari kalangan pelajar dan mahasiswa di Jakarta.
Baru pada tahun 1967, Mayor Husein Mutahar kembali ditugaskan sebagai penanggung jawab pengibaran bendera pusaka. Dia
kemudian mengembangkan formasi pasukan menjadi tiga kelompok, yaitu Pasukan 17 sebagai pengiring, Pasukan 8 sebagai bendera, dan Pasukan 45 sebagai pengawal.
Jumlah anggota pasukan disesuaikan dengan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu 17-8-45.
Nama Paskibraka yang digunakan hingga sekarang merupakan usulan dari Idik Sulaeman, orang kepercayaan Mayor Mutahar. Suku kata “pas” berasal dari istilah pasukan, dan pengucapan “kibra” mengacu dari pengibar bendera, dan frasa “ka” diambil dari kata pusaka.
Inilah asal-usul penyebutan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang kemudian disingkat menjadi Paskibraka.
Sejak itu, Paskibraka terus berkembang dan melibatkan para pemuda terbaik dari seluruh Indonesia yang dipilih melalui seleksi ketat dan berjenjang. Paskibraka memiliki tugas mulia untuk mengibarkan dan menurunkan bendera pusaka dalam upacara peringatan hari kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus. Paskibraka juga menjadi simbol semangat patriotisme dan nasionalisme generasi muda Indonesia.
Kini anggotanya berasal dari pelajar SMA/sederajat kelas X dan/atau XI yang terpilih dari sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. (Red/Fch/Klausa)