Klausa.co

Swipe untuk membaca artikel

Search

Sejarah 2 September : Perjanjian Damai Salehuddin Al-Ayyubi dan Richard the Lion Heart Mengakhiri Perang Salib III

Ilustrasi Perang Salib III. Atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Perang Salib Para Raja”. (Google)

Bagikan

Klausa.co – Setelah serangkaian kekalahan yang dialami oleh pasukan Salib Eropa pada Perang Salib II, seorang pemimpin besar pasukan Muslim pun muncul ke permukaan. Ia adalah Salahuddin Al-Ayyubi. Namanya mencuri perhatian banyak pasukan Kristen Eropa karena berhasil mengalahkan banyak pasukan di pihak mereka yang mengakibatkan mereka gagal dalam misi Perang Salib II.

Dilansir dari Buku Babon Sejarah Dunia. Alvarendra, H Kenzou 2017. Pada masa awal pemerintahan Salahuddin Al-Ayyubi sebagai penguasa Mesir, ia sukses menyatukan dua wilayah besar, yaitu Syria dan Mesir. Sebuah prestasi yang luar biasa bagi seorang pemimpin baru, mengingat kedua wilayah itu sejak ribuan tahun lalu memiliki hubungan yang kurang harmonis.

Ketika itu Syria dipimpin oleh Dinasti Zengid, sedangkan Mesir dipimpin oleh Khalifah Fatimiyah. Pasukan Syria dan pasukan Mesir yang sukses disatukan di bawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi diarahkan untuk menghentikan dominasi negara-negara Kristen yang ada di kawasan Asia Kecil.

Misi Salahuddin Al-Ayyubi tersebut dapat dikatakan sukses besar karena mereka berhasil merebut wilayah Jerusalem dari tangan pasukan salib pada 1187. Hal inilah yang lantas kemudian memicu berkobarnya Perang Salib III yang berlangsung pada 1189 sampai 1192.

Perang Salib periode ketiga juga disebut dengan Perang Salib para Raja. Hal tersebut dikarenakan, perang ini diikuti langsung oleh para raja dan penguasa besar di Eropa. Mereka turut hdair memimpin penaklukan Yerusalem yang saat itu dikuasai oleh Dinasti Ayubiyah.

Dalam buku Sejarah Islam Klasik (2013) karya Susmihara dan Rahmat, jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin dibawah pimpinan Salahuddin al Ayyubi sangat memukul perasaan tentara Salib.

Mereka berkeinginan untuk kembali berkuasa atas Yerusalem dan beberapa daerah sekitarnya untuk menegakan kedaulatan Kristen. Selain itu, mereka menanam kepentingan politis dan ekonomi di wilayah tersebut.

Dikisahkan, berita mengenai jatuhnya wilayah Yerusalem ke tangan pasukan Muslim telah menyebar di daratan Eropa. Ketika itu raja Henry II dari Inggris dan raja Philippe Auguste dari Prancis bersepakat untuk menghentikan perselisihan di antara kedua kerajaan besar itu demi menyatukan kekuatan untuk merebut kembali wilayah Jerusalem dari pasukan Muslim.

Advertisements

Namun pada 1189, raja Henry II meninggal dunia, dan kepemimpinan pasukan Inggris dialihkan kepada Richard I, yang dikenal dengan julukan “Richard the Lion Heart”. Selain aliansi antara Inggris dan Prancis, kerajaan Romawi Suci di Jerman pimpinan Friedrich Barbarossa juga berencana ikut serta dalam misi Perang Salib III.

Baca Juga:  Sejarah 3 September : Ain Jalut, Saksi Bisu Kemenangan Pertama Umat Islam Lawan Tentara Mongol

Tetapi sayangnya, Friedrich Barbarossa yang telah lanjut usia gagal mencapai wilayah Yerusalem karena ketika melintasi wilayah Anatolia, pada 10 Juni 1190 ia mengalami kecelakaan hingga tenggelam di sungai.

Meninggalnya pemimpin pasukan Romawi Suci itu membuat sebagian besar pasukannya memutuskan untuk kembali ke Jerman, dan hanya sebaian kecil yang melanjutkan perjalanan menuju Jerusalem.

Setibanya di Jerusalem, pasukan salib pimpinan raja Philippe Auguste langsung menyerang wilayah kerajaan Jerusalem. Setelah melalui serangkaian peperangan yang sangat berat, akhirnya pasukan salib Prancis dapat merebut kota Akko dari tangan pasukan Muslim.

Advertisements

Namun akibat dari pertempuran besar itu persediaan senjata dan logistik pasukan Prancis sudah sangat terkuras sehingga jika ada serangan dari pasukan Muslim mereka tidak akan dapat bertahan. Akhirnya pasukan Prancis memutuskan untuk mundur dan pergi meninggalkan Jerusalem pada Agustus 1191.

Berbeda dengan pasukan Prancis, pasukan Inggris pimpinan Richard the Lion Heart memutuskan untuk melakukan pengepungan ke wilayah kerajaan Jerusalem. Richard berkeinginan untuk merebut secara total kerajaan Jerusalem dari pihak Muslim pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi. Tetapi misi Richard tersebut sangat sulit untuk diwujudkan.

Baca Juga:  Sejarah 28 September 1966 : Kembalinya Indonesia Sebagai Anggota PBB

Pasukan Salahuddin Al-Ayyubi memperlihatkan pertahanan yang sangat kokoh, hampir tidak ada celah untuk pasukan salib melancarkan serangan mereka. Upaya demi upaya yang dilakukan oleh pasukan salib Richard the Lion Heart malah mengakibatkan kerugian logistik bagi mereka sehingga mereka kesulitan untuk bertahan di wilayah Jerusalem.

Pada 2 Semptember 1192, kedua pemimpin besar pada Perang Salib, yaitu Salahuddin Al-Ayyubi dan Richard the Lion Heart memutuskan untuk melakukan sebuah perjanjian. Ketika itu pihak pasukan salib bersedia memberikan kendali atas Jerusalem pada Salahuddin Al-Ayyubi, tetapi dengan syarat otoritas Muslim di Jerusalem harus memberikan akses kepada para pedagang dan peziarah Kristen yang hendak mengunjungi tanah suci mereka.

Advertisements

Setelah kesepakatan di setejui oleh kedua pihak, Richard menarik mundur pasukan Salib Inggris untuk pergi meninggalkan wilayah Jerusalem pada 2 Oktober 1192. Dalam Perang Salib III, pasukan salib Eropa memang berhasil mempertahankan dan merebut wilayah di Siprus dan pesisir Syria, namun mereka gagal dalam misi utama berkobarnya Perang Salib III yaitu merebut wilayah Jerusalem.

(Tim Redaksi Klausa)

Bagikan

prolog dan benuanta

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co