Detik-detik tenggelamnya RMS Titanic terjadi pada malam 14 April sampai pagi 15 April 1912 di Samudra Atlantik Utara, empat hari setelah berangkat dari Southampton dalam pelayaran perdananya menuju Kota New York.
Klausa.co – Pada 15 April 1912 pagi, dunia digegerkan kabar tenggelamnya kapal penumpang super Britania Raya, Royal Mail Ship (RMS) Titanic, di Samudra Atlantik Utara. Kapal yang dijuluki sebagai “kapal yang tak bisa tenggelam” itu menabrak gunung es saat pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris, menuju New York City, Amerika Serikat.
Tenggelamnya RMS Titanic pertama kali diberitakan oleh New York Times pada tanggal 16 April 1912, sehari setelah bencana itu terjadi. Koran itu memberitakan bahwa Titanic menabrak gunung es dan tenggelam dengan cepat. Berita ini mengejutkan dunia dan menjadi salah satu bencana maritim terbesar dalam sejarah.
Dari 2.224 orang yang berada di kapal, hanya sekitar 710 orang yang berhasil selamat. Sisanya, sekitar 1.514 orang, tewas akibat tenggelam dan kedinginan.
Titanic adalah salah satu dari tiga kapal penumpang super yang dibangun oleh perusahaan pelayaran Inggris, White Star Line. Kapal-kapal itu adalah Olympic, Titanic, dan Britannic. Mereka dirancang untuk bersaing dengan kapal-kapal mewah milik perusahaan pelayaran Cunard Line yang juga berkantor pusat di Inggris, yaitu Lusitania dan Mauretania.
Titanic dibangun di galangan kapal Harland and Wolff di Belfast, Irlandia Utara, dengan biaya sekitar 7,5 juta pound sterling (setara dengan 400 juta pound sterling pada tahun 2016). Titanic memiliki panjang 269 meter, lebar 28 meter, dan tinggi 53 meter.
Nama Titanic diambil dari Titan, makhluk raksasa dalam mitologi Yunani yang menguasai dunia sebelum dewa-dewa Olimpus. Nama ini dipilih untuk menunjukkan kebesaran dan kekuatan kapal yang dibangun oleh White Star. Digadang-gadang tidak dapat tenggelam karena memiliki 16 kompartemen kedap air di lambungnya.
Kapal memiliki empat cerobong asap (meskipun salah satunya hanya sebagai hiasan), tiga mesin uap (dua mesin piston dan satu mesin turbin), dan 29 ketel uap yang menggerakkan tiga baling-baling. Kecepatan maksimum kapal itu adalah 24 knot (44 km/jam).
Titanic memiliki berbagai fasilitas mewah untuk menarik para penumpang kelas atas. Di antaranya ruang makan utama yang luas, kafe Parisien yang bergaya Prancis, ruang baca dan tulis, ruang merokok, kolam renang dalam ruangan, gimnasium, lapangan skuas, dan lift untuk penumpang kelas satu. Kapal itu juga memiliki sistem radio nirkabel Marconi yang canggih untuk mengirim dan menerima pesan.
Titanic dibagi menjadi tiga kelas penumpang. Kelas satu untuk para penumpang kaya dan terkenal. Seperti pengusaha, politikus, bangsawan, artis, dan lain-lain. Kelas dua adalah untuk para penumpang menengah ke atas, seperti profesional, pedagang, guru, dan lain-lain.
Sementara kelas tiga untuk para penumpang menengah ke bawah, seperti imigran, pekerja kasar, petani, dan lain-lain. Setiap kelas memiliki fasilitas dan akomodasi yang berbeda-beda.
Pelayaran Perdana
Titanic berangkat dari Southampton pada 10 April 1912 pukul 12.00 siang waktu setempat. Kapal itu membawa sekitar 1.317 penumpang dan 885 awak. Di antara penumpang kelas satu yang terkenal adalah John Jacob Astor IV (pengusaha terkenal, dan tuan tanah di New York), Benjamin Guggenheim (pengusaha pertambangan), Isidor Straus (pemilik toko Macy’s), Margaret Brown (aktivis sosial), Archibald Butt (penasihat presiden AS), dan lain-lain.
Setelah berhenti di Cherbourg, Prancis, dan Queenstown (sekarang Cobh), Irlandia, Titanic melanjutkan pelayaran ke barat menuju New York tanpa henti. Cuaca saat itu cerah dan tenang. Namun, di Samudra Atlantik Utara terdapat banyak gunung es hanyut yang berbahaya bagi kapal-kapal.
Tabrakan dengan Gunung Es
Pada tanggal 14 April, Titanic menerima beberapa peringatan dari kapal-kapal lain tentang adanya gunung es di jalur pelayarannya. Namun, kapten Edward John Smith tidak mengurangi kecepatan kapal atau mengubah rutenya. Ia percaya bahwa Titanic cukup kuat untuk menahan benturan dengan gunung es.
Pada pukul 23.40, pengawas Frederick Fleet melihat gunung es besar di depan kapal. Ia segera memberi sinyal ke anjungan dan berkata “Gunung es, langsung di depan!” Perwira William Murdoch yang bertugas di anjungan mencoba menghindari gunung es dengan memutar kemudi ke kiri dan mematikan mesin. Namun, langkah itu terlambat. Titanic menabrak gunung es di sisi kanan dan melubangi lima dari enam belas kompartemen kedap air.
Thomas Andrews, arsitek utama Titanic, memeriksa kerusakan dan menyimpulkan bahwa kapal itu tidak akan bertahan lebih dari dua jam. Ia memberitahu kapten Smith, Titanic pasti akan tenggelam. Kapten Smith kemudian memerintahkan untuk mengirimkan sinyal SOS dan mengungsikan penumpang ke sekoci.
Proses Evakuasi dan Tenggelamnya Kapal
Titanic memiliki 20 sekoci yang dapat menampung sekitar 1.178 orang, alias jauh lebih sedikit dari jumlah penumpang dan awaknya. Selain itu, proses evakuasi berlangsung kacau dan lambat. Banyak sekoci yang tidak diisi penuh karena kurangnya penumpang yang mau naik atau kurangnya awak yang membantu. Beberapa penumpang kelas satu juga enggan meninggalkan barang-barang berharganya di kapal.
Sementara itu, kapal-kapal lain yang menerima sinyal SOS dari Titanic berusaha mendekat untuk memberikan bantuan. Namun, mereka terlalu jauh untuk tiba tepat waktu. Satu-satunya kapal yang cukup dekat adalah SS Californian, tetapi awaknya tidak menyadari bahaya yang dialami Titanic dan tidak merespon sinyal-sinyalnya.
Pada pukul 00.05, sekoci pertama berhasil diturunkan dari Titanic. Pada pukul 02.05, sekoci terakhir berhasil diturunkan. Pada saat itu, Titanic sudah sangat condong ke depan dan air sudah mencapai anjungan. Beberapa menit kemudian, kapal itu terbelah menjadi dua bagian dan tenggelam ke dasar laut.
Banyak penumpang dan awak yang terjebak di dalam kapal atau terlempar ke air dingin. Suhu air saat itu sekitar -2 derajat Celcius, sehingga banyak orang yang mati karena hipotermia dalam hitungan menit. Beberapa orang mencoba berenang menuju sekoci-sekoci yang masih ada ruang kosong, tetapi banyak yang ditolak oleh awak atau penumpang di dalamnya karena takut sekoci akan terbalik.
Penyelamatan dan Dampak ke Aturan Pelayaran
Pada 15 April 1912, pukul 04.10, kapal RMS Carpathia yang berjarak sekitar 58 mil dari Titanic tiba di lokasi bencana dan mulai menyelamatkan korban selamat dari sekoci-sekoci. Proses penyelamatan berlangsung hingga pukul 08.30 dan berhasil mengumpulkan sekitar 710 orang. Carpathia kemudian melanjutkan perjalanan menuju New York dengan membawa korban selamat.
Tenggelamnya Titanic menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban, terutama mereka yang kehilangan pasangan maupun anak-anak mereka. Banyak jenazah korban yang tidak dapat ditemukan dan diidentifikasi. Beberapa jenazah yang berhasil ditemukan dibawa ke Halifax, Kanada, untuk dimakamkan atau dikembalikan ke keluarga mereka.
Tenggelamnya Titanic juga menimbulkan kemarahan publik yang meluas atas sedikitnya jumlah sekoci, regulasi perkapalan yang kedaluwarsa, dan perlakuan yang tidak setara terhadap kelas-kelas penumpang yang berbeda di kapal tersebut. Banyak penumpang kelas tiga yang terperangkap di bawah geladak. Pasalnya mereka tidak mendapat prioritas untuk naik ke sekoci.
Penyelidikan dilakukan oleh pemerintah Britania Raya dan Amerika Serikat setelah bencana itu. Penyelidikan itu menghasilkan beberapa rekomendasi untuk meningkatkan keselamatan maritim, seperti menyediakan sekoci yang cukup untuk semua penumpang, melakukan latihan evakuasi secara rutin, menjaga komunikasi radio sepanjang waktu, dan membentuk patroli es laut.
Pada tahun 1914, Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut, Safety of Life at Sea (SOLAS) dibentuk sebagai tanggapan atas tenggelamnya Titanic. Konvensi ini mengatur berbagai aspek keselamatan maritim. Di antaranya, konstruksi kapal, peralatan keselamatan, navigasi, komunikasi, dan pencarian dan penyelamatan. Hasil konvensi ini masih berlaku hingga saat ini dengan beberapa revisi dan amandemen.
Bangkai dan Warisan
Bangkai Titanic baru ditemukan pada tahun 1985 oleh sebuah tim ekspedisi gabungan Prancis-Amerika Serikat yang dipimpin oleh Robert Ballard dan Jean-Louis Michel. Bangkai itu terletak di kedalaman sekitar 3.800 meter di bawah permukaan laut, sekitar 600 km di sebelah tenggara Newfoundland, Kanada.
Bangkai Titanic terbagi menjadi dua bagian utama, terpisah sekitar 600 meter. Bagian depan kapal masih utuh meskipun rusak parah akibat benturan dengan dasar laut. Bagian belakang kapal hancur berkeping-keping karena pecah saat tenggelam. Di sekitar bangkai itu juga tersebar ribuan artefak dari kapal dan penumpangnya.
Sejak penemuannya, bangkai Titanic telah dikunjungi oleh banyak orang, baik untuk tujuan ilmiah, komersial, maupun wisata. Beberapa artefak telah diangkat dari dasar laut dan dipamerkan di museum-museum di seluruh dunia. Namun, ada juga kontroversi dan kritik tentang etika dan dampak dari pengambilan dan pameran artefak tersebut.
Bangkai Titanic juga mengalami kerusakan akibat korosi, bakteri, arus laut, dan aktivitas manusia. Diperkirakan bahwa bangkai itu akan runtuh sepenuhnya dalam beberapa dekade mendatang.
Tenggelamnya Titanic telah menjadi salah satu peristiwa paling terkenal dan tragis dalam sejarah maritim. Kisahnya telah menginspirasi banyak karya seni, sastra, dan film, termasuk film Titanic tahun 1997 yang disutradarai oleh James Cameron dan dibintangi oleh Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet.
Film ini menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa saat itu, diganjar pula dengan sebelas Academy Awards.
Tenggelamnya Titanic juga telah menimbulkan banyak legenda dan mitos, seperti kisah tentang band musik yang terus bermain saat kapal tenggelam, atau tentang anjing-anjing mewah yang dibawa oleh penumpang kelas satu. Beberapa orang juga percaya bahwa tenggelamnya Titanic disebabkan oleh kutukan atau ramalan.
Tenggelamnya Titanic merupakan sebuah peringatan bagi manusia tentang bahaya dari kesombongan, kelalaian, ketidakadilan, dan ketidakpedulian terhadap alam. Sebaliknya, peristiwa itu juga menunjukkan sisi heroik, romantis, dan dramatis dari manusia yang berjuang untuk bertahan hidup atau mengorbankan diri demi orang lain. (Mar/Mul/Klausa)