Samarinda, Klausa.co – Mudahnya mengunduh aplikasi dan iming-iming kemenangan cepat membuat judi online alias judol menjelma jadi candu baru. Tak hanya menggerus tabungan, perilaku ini juga menghancurkan kesehatan mental, bahkan hubungan keluarga.
Ketua Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi (IPK HIMPSI) Kalimantan Timur, Ayunda Ramadhani, menyebut mekanisme permainan judi online dirancang untuk menjerat pemain agar terus bertaruh.
“Biasanya di awal pemain akan menang. Rasa senang itu memicu mereka mempertaruhkan uang lebih banyak,” ujarnya, Senin (11/8/2025).
Menurut Ayunda, secara biologis, judi online memicu pelepasan hormon dopamin di otak. Hormon yang sama yang memengaruhi kecanduan pornografi atau video game, yang menimbulkan rasa nikmat dan mendorong perilaku berulang. Dalam jangka panjang, efeknya bisa menjadi adiksi, memicu konflik keluarga, bahkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Ia menegaskan, banyak orang yang menjadikan judi online sebagai pelarian dari tekanan ekonomi atau stres. Namun, alih-alih meredakan masalah, kebiasaan ini justru memperburuk kondisi mental akibat kerugian finansial yang kian membengkak.
“Stres akan bertambah, bukannya berkurang,” kata Ayunda.
Dampak psikologisnya mencakup kecemasan, depresi, gangguan tidur, penurunan produktivitas, hingga isolasi sosial. Tanda-tanda kecanduan antara lain begadang demi memantau permainan, abai terhadap pekerjaan atau sekolah, sering meminjam uang, mudah marah, dan kehilangan minat terhadap aktivitas lain.
“Kalau sudah mulai kehilangan uang secara tidak wajar atau sering pinjam uang, itu alarm bagi keluarga untuk segera mengajak bicara,” tegasnya.
Ayunda menyarankan penanganan melalui bantuan psikolog atau psikiater, dukungan keluarga, perencanaan keuangan, dan pelaporan ke polisi jika ada intimidasi dari pihak penyelenggara judi online.
Untuk pencegahan, ia menilai perlu kampanye edukasi, literasi digital, penggunaan parental control bagi anak, serta pelatihan keterampilan mengelola stres.
“Kalau ingin punya uang banyak, ya kerja keras. Tidak ada jalan pintas kecuali kita pewaris,” tutup Ayunda. (Yah/Fch/Klausa)