Klausa.co

Swipe untuk membaca artikel

Dari Samarinda ke Rans Nusantara: Kisah Gibran, Penjaga Gawang Muda Berbakat Tembus Tim EPA U-16

Muhammad Gibran Istiqlal. (Foto: Istimewa)

Bagikan

Klausa.co – Seleksi Tim Elite Pro Academy (EPA) U-16 Rans Nusantara FC telah digelar di seantero negeri berhasil menjaring bibit-bibit muda. Tak terkecuali dari bakat muda dari Samarinda. Bibit muda tersebut bernama Muhammad Gibran Istiqlal.

Gibran berhasil menembus dua tahapan penjaringan bakal klub Liga 1 milik Raffi Ahmad itu di usianya yang masih 15 tahun. Angan Gibran menjadi pemain timnas pun langkah demi langkah telah dijalani. Walau jalan yang mesti dihadapinya masih cukup panjang.

Keberhasilan siswa kelas X SMK Medika Samarinda itu bukan perkara mudah. Bahkan remaja yang mengisi posisi penjaga gawang itu merasa keberhasilannya di luar perkiraan. Dia bisa lolos pada seleksi Tim EPA U-16 Rans Nusantara FC yang digelar di Jawa Timur (Jatim) dan Lampung , Sumatera Selatan (Sumsel).

“Iya begitu tahu (lolos seleksi) senang. Kaget juga, enggak nyangka bisa lolos,” ucap Gibran.

Advertisements

Seleksi EPA U-16 Rans Nusantara FC sangat ketat. Apalagi anak kedua dari pasangan Is Wahyudi dan Bibit Susilowati yang berasal dari Samarinda itu harus berjuang ekstra. Gibran harus lebih dulu mengikuti seleksi di zona Jatim pada medio Januari 2023 lalu.

“Setelah lolos dari Jatim, saya pulang dulu (ke Samarinda). Baru lanjut seleksi kedua, berangkat lagi (ke Lampung), itu Agustus kemarin (2023),” tambahnya.

Di Lampung, setelah menghabiskan waktu sepekan, Gibran lolos bersama 30 remaja lainnya. Mereka akan melanjutkan pengukuhan Tim EPA U-16 RANS Nusantara FC di Yogyakarta pada pertengahan September 2023 mendatang.

Baca Juga:  Arahan Mendagri, Beli Bendera Merah Putih Dipinggir Jalan untuk Meningkatkan Perekonomian UMKM

“Kemarin itu persiapannya, banyak latihan dan istirahat teratur,” ucap Gibran.

Advertisements

Latihan ketat sudah menjadi porsi harian. Bahkan sejak usianya masih 8 tahun. Beruntung Gibran punya orang tua yang mendukungnya secara penuh. Bahkan untuk memaksimalkan bakat sang anak, Gibran pun dimasukkan ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Friend Samarinda untuk mengasah bakat.

Saat SMP Gibran sempat bersekolah di SMP 22 Samarinda. Namun hanya satu semester. Gibran merantau ke Malang, Jawa Timur dan bersekolah di Aji Santoso International Football Academy (ASIFA). Di sana remaja berbadan atletis itu mengenyam pendidikan formal dan pengembangan bakat.

“Waktu (Gibran) SMP, kami masukan di sekolah ASIFA (Malang). Di sana itu juga ada sekolah bolanya. Jadi dia bisa fokus. Sekolahnya jalan, sepak bolanya juga jalan,” ucap Is Wahyudi, ayah Gibran.

Selama di ASIFA, perkembangan bakat sang anak semakin terasah. Pasalnya selama di Malang, Gibran rutin mengikuti sejumlah kompetisi sepak bola dari berbagai tingkatan.

“Salah satu prestasinya, runner-up di Piala Soeratin zona Malang tahun 2021,” tuturnya.

Karir sepak bola Gibran kembali mendapat prestasi setelah lulus dari sekolah ASIFA Malang. Gibran selanjutnya kembali mengikuti kompetisi Badan Liga Sepak Bola Pelajar Indonesia (BLiSPI) di Kabupaten Gresik, Jatim.
Meski tak meraih juara, pada kompetisi itu Gibran bersama teman-temannya mampu membawa nama Kaltim hingga 16 besar.

“Saat SMK dia balik ke sini (Samarinda). Gabung ke Akademi RMK Utama, terus ikut kompetisi lagi. Bersama RMK Utama, dia (Gibran) Juara 1 Liga Top Skor se-Kaltim,” ucap Is lagi.

Sukses memboyong juara 1 Liga Top Skor se-Kaltim bersama Akademi RMK Utama, kini karir sepak bola Gibran kembali moncer setelah lolos dua tahap seleksi dari EPA U-16 RANS Nusantara. Hal tersebut tentu membuat Is dan istrinya bahagia dan bangga atas raihan prestasi anaknya.

Advertisements

“Bahagia pasti. Bahkan sampai keluarga, teman-teman semua ikut bahagia. Tak sia-sia proses yang selama ini dijalani,” kata Is bangga.

Dengan prestasi yang diraih anaknya, sang ayah kian yakin mendukung buah hatinya mengasah bakat dan potensi. Menurutnya, tugasnya sebagai orang tua mesti mesti mendukung kegiatan si anak selama positif.

“Apalagi dia memang bercita-cita menjadi pemain sepak bola level nasional hingga di level internasional,” dukungnya.

Baca Juga:  Kemacetan Jalan Poros Samarinda-Bontang, Pemerintah Mesti Turun Tangan Atur Arus Lalu Lintas

Selain orang tua, dukungan terhadap Gibran juga datang dari sekolah. Sebab di era informatika saat ini, dunia pendidikan yang menganut kurikulum Merdeka Belajar sudah seharusnya memberi dukungan penuh pada potensi pengembangan karakter anak.

Advertisements

“Dalam kurikulum Merdeka Belajar ini akademik anak-anak hanya 30 persen. 70 persen sisanya itu pada penguatan karakternya,” ujar Kepala SMK Medika Samarinda, Mus Muliadi.

Menurutnya, bila bakat seorang anak didik sudah diketahui, sebaiknya pihak sekolah mendukung penuh bakat tersebut. Mus menganalogikan, ketika ada anak didik yang telah ahli di bidang sepak bola, secara logika pembelajaran matematika, kimia dan fisika itu ada di kaki, bukan di kepala.

Selain memberi dukungan penuh, kepada media ini Mus juga mengaku turut senang dan bangga atas keberhasilan Gibran yang sukses menembus seleksi Tim EPA U-16 RANS Nusantara FC.

“Yang pasti pesan saya, jangan ingat sekolahnya. Sepanjang ada berpotensi di bidang bola seperti Gibran, yang harus diingat adalah bagaimana sepak bolamu bisa bagus, bisa berprestasi, dan bisa menghasilkan kemandirian,” tutupnya. (Mar/Mul/Klausa)

Advertisements

Bagikan

Anda tidak berhak menyalin konten Klausa.co

logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co

Sertifikat SMSI Klausa.co