Samarinda, Klausa.co – Menghadapi kerumitan sosial yang terus berkembang, Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Darlis Pattalongi, menekankan pentingnya pendekatan berkelanjutan demi menjaga stabilitas di Bumi Etam. Dengan dua isu utama, ketimpangan dalam pengelolaan sumber daya alam dan penguatan toleransi antarumat beragama, Darlis menggarisbawahi perlunya kebijakan yang menyentuh akar masalah.
Konflik sosial di sektor sumber daya alam, menurut Darlis, kerap meletus akibat ketidakadilan akses terhadap permodalan bagi masyarakat kecil.
“Ketimpangan ini adalah api dalam sekam, menciptakan ketidakpuasan di level akar rumput. Kebijakan saat ini belum sepenuhnya memihak masyarakat lokal,” ujarnya.
DPRD Kaltim, lanjut Darlis, tengah merancang pemetaan mendalam yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk mencari solusi tepat guna.
“Tanpa identifikasi akar masalah yang cermat, kebijakan hanya akan menjadi formalitas. Pendekatan yang adil dan merata adalah kunci dalam mencegah konflik di masa depan,” katanya.
Di sisi lain, Darlis juga menyoroti pentingnya menjaga keberagaman agama untuk membangun keharmonisan sosial. Kaltim dengan masyarakatnya yang beragam, membutuhkan sentuhan khusus agar keberagaman itu bisa terawat dengan baik.
“Kita harus pastikan setiap warga merasa aman menjalankan keyakinannya tanpa ancaman. Butuh strategi khusus di sini,” tuturnya.
Sebagai langkah konkret, DPRD Kaltim berkomitmen mendukung program edukasi yang menanamkan nilai-nilai toleransi kepada generasi muda. Bagi Darlis, pemahaman tentang pentingnya keberagaman dan penghormatan terhadap perbedaan menjadi kunci mencegah gesekan yang mungkin timbul akibat minimnya pengetahuan.
“Kita punya tanggung jawab untuk mendidik anak muda agar tak mudah terseret arus informasi keliru atau propaganda negatif yang dapat mengoyak kerukunan,” lanjutnya.
Darlis pun mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan komunitas lokal, untuk bersama-sama menciptakan budaya toleransi yang kokoh di Kaltim.
“Kerja sama semua pihak adalah benteng terbaik kita dalam menangkal potensi konflik akibat kesalahpahaman atau intoleransi. Membangun harmoni adalah proses panjang yang tak bisa dilakukan seorang diri,” pungkasnya. (Yah/Fch/ADV/DPRD Kaltim)