Samarinda, Klausa.co – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Samarinda melaju kencang. Siswa di berbagai sekolah kini bisa menikmati makanan sehat tanpa biaya. Namun, di balik keberhasilan itu, ada suara lirih dari sudut kantin sekolah. Omzet para pedagang anjlok, sebagian bahkan mengaku kehilangan setengah dari pendapatannya.
Keluhan itu bukan tanpa alasan. Sejak MBG diterapkan, siswa tak lagi mampir ke kantin seperti dulu. Makanan gratis lebih menarik ketimbang jajanan berbayar. Bagi para pedagang, ini bukan sekadar perubahan pola konsumsi, melainkan ancaman keberlangsungan usaha.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, tak menampik adanya dampak sampingan dari program unggulan ini.
“Jelas, program baru akan memiliki beberapa aspek yang perlu kita cermati efeknya, tidak hanya manfaatnya saja,” ujarnya.
Pemerintah, kata dia, tak tinggal diam. Opsi-opsi tengah dikaji, termasuk kemungkinan menggandeng pedagang kantin sebagai penyedia makanan dalam skema MBG. Dengan begitu, program tetap berjalan, sementara kantin tak harus gulung tikar.
Evaluasi menjadi kata kunci. Pemkot Samarinda memastikan akan merumuskan solusi agar MBG tak menjadi pedang bermata dua. Siswa sehat, pedagang kantin tetap hidup. Idealnya, semua pihak bisa berjalan beriringan. (Yah/Fch/Klausa)