Klausa.co

Hutan Kaltim Menjaga Dunia

Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur Ely Hartati Rasyid (Apr/Klausa.co)

Bagikan

Samarinda, Klausa.co – Indonesia memiliki peran penting dalam menekan kenaikan suhu bumi dengan jumlah hutan terbesar dan penghasil oksigen ke-2 di Dunia. Bahkan, Indonesia khususnya Pulau Kalimantan termasuk sebagai salah satu paru-paru dunia karena memiliki luas hutan sekitar 40,8 juta hektare.

Dengan demikian, Indonesia merupakan Negara yang mampu menyimpan karbon karena jumlah tutupan lahan yang besar. Menurut Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur Ely Hartati Rasyid, dengan menjaga hutan maka ada banyak manfaat yang akan didapatkan Benua Etam.

“Manfaatnya, hutan kita tetap terjaga, satwa terjaga, lingkungan terjaga, tata air terjaga, sumber daya air terjaga. Bahkan kita mendapatkan kontribusi karbon sebesar Rp1,3 triliun dari karbon dunia,” ucapnya, saat mengikuti rapat dengar pendapat bersama Perusda SKS (Sylva Kaltim Sejahtera) di Gedung D Komplek DPRD Kaltim, Jalan Teuku Umar, Kota Samarinda.

Baca Juga:  DPRD Samarinda Dorong OPD Lakukan Pembaharuan, Dongkrak Pendapatan KAS Daerah Melalui Pajak Restoran

Oleh karenanya, sudah seharusnya Provinsi yang dipimpin Gubernur Isran Noor ini untuk sadar betapa pentingnya hutan dalam kehidupan, jangan menghancurkan ataupun melakukan eksploitasi. “Ketika kita menjaga hutan, kita juga akan menerima kontribusi karbon. Menurut saya, sekarang ini yang harus kita pikirkan ke arah sana,” jelasnya, Senin (22/8/2022).

Dengan adanya manfaat dan kontribusi karbon yang didapatkan, maka masyarakat seharusnya tidak berpikir untuk mengambil dan menjajah hutan itu seperti supermarket. Mengambil isinya lalu dijadikan sebagai duit. “Saya lebih suka jika hutan ini tetap terjaga, tapi sektor wisata masih bisa dikembangkan. Jadi, ada nilai tambah lain yang jauh lebih luar biasa daripada kita mengeksploitasi hutan,” terangnya.

Baca Juga:  Mantap! Kaltim Terima Penghargaan Pembinaan ProKlim 2022 dari Kementerian LHK

Politisi PDI Perjuangan itu pun menceritakan indahnya Kaltim beberapa tahun lalu. Jika mau makan, tinggal mensodok ikan di Sungai langsung dapat. “Tinggal turun ke sungai sudah bisa dapat ikan lalu goreng atau dibakar. Saya bilang, wah hebat sungai ini seperti kulkas hidup zaman dulu. Menurut saya begitu bahagianya orang zaman dulu mempersiapkan apa-apa itu ada,” paparnya.

Berbeda dengan zaman sekarang, harus pergi ke pasar atau supermarket dulu kalau mau segala sesuatunya. Belum tentu ketika sungai didatangi langsung dapat ikan. “Maka itu, kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan hutan, daripada kita menerbitkan bermacam-macam surat izin usaha untuk mengeksploitasi hutan,” tegasnya.

Contoh berikutnya di Kecamatan Kenohan, Kutai Kartanegara. Ely menuturkan di sana masih ada daerah yang suka didatangi bule-bule. Namun saat masuk ke sana, harus didampingi. “Di sana ada banyak anggrek yang belum diketahui orang-orang. Saya rasa hal seperti ini menjadi tanggungjawab bersama. Jangan sampai hanya untuk keuntungan sesaat satu dua generasi malah terjadi eksploitasi. Justru sebaliknya, harus kita lestarikan,” pungkasnya.

Baca Juga:  Samarinda Siap Jadi KLA, Ini Saran dari DPRD dan Tanggapan Wawali

Pada kesempatan itu, Ely berharap dengan adanya prinsip go green akan membuat Ibu Kota Negara dapat mempertahankan banyak pohonnya. “Banyak hal kreatif yang bisa dibangun. Maka kejar hal tersebut, terutama kontribusi karbon ini. Saya rasa semakin modern ilmu pengetahuan, ternyata hutan Kaltim itu menjaga dunia,” paparnya.

(APR/ADV/Diskominfo Kaltim)

 

IKUTI BERITA KLAUSA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co