Samarinda, Klausa.co – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda tengah menyiagakan sumber daya menghadapi dua ancaman utama musim kemarau. Dua ancaman yang dimaksud adalah intrusi air asin dan kebakaran lahan. Langkah mitigasi telah disusun, termasuk koordinasi distribusi air bersih dan peningkatan patroli di titik-titik rawan kebakaran.
Kepala BPBD Samarinda, Suwarso, menyebut bahwa musim kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung selama dua setengah bulan. Meski situasi masih dalam kendali, potensi bahaya tetap perlu diantisipasi, terutama di wilayah pesisir dan hilir Sungai Mahakam.
“Selain kekeringan, kami juga memantau kemungkinan intrusi air asin yang dapat memengaruhi kualitas air tanah di beberapa daerah,” ujar Suwarso, Senin (4/8/2025).
BPBD telah menjalin koordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran dan Perumdam Tirta Kencana untuk menjamin suplai air bersih ke kawasan yang mengalami kekeringan. Pengiriman air menggunakan mobil tangki dilakukan secara terbatas, namun dihitung cukup untuk menjangkau wilayah-wilayah terdampak.
“Kami telah terbiasa menyalurkan air saat musim kering tiba, terutama di daerah yang memang langganan kesulitan air bersih,” tambah Suwarso.
Meski laporan Perumdam menunjukkan ketersediaan air di Samarinda masih relatif aman hingga akhir Juni, BPBD tetap melakukan pemantauan harian berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG.
Sementara itu, ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) turut menjadi perhatian serius. Suwarso mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar, membuang puntung rokok sembarangan, ataupun membakar sampah di lingkungan permukiman.
“Cuaca panas sangat memicu titik api. Kalau api ditinggal dan menyebar, risikonya besar, bisa menjalar ke lahan lain hingga ke rumah warga,” tegasnya.
Sebagai antisipasi, BPBD telah melakukan konsolidasi lintas instansi menyusul ditetapkannya status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan di Kaltim melalui SK Gubernur Nomor 100.3.3.1/K.212/2025. Persiapan mencakup kesiapan logistik, peralatan pemadaman, hingga pembagian peran antarinstansi.
“Kami sudah siaga. Namun kalau kebakaran terjadi bersamaan di beberapa titik, kami bisa kewalahan. Karena itu, peran camat dan lurah sangat penting untuk membantu edukasi dan sosialisasi ke warga,” ujar Suwarso.
Ia mencontohkan kejadian kebakaran lahan di wilayah Samarinda Utara yang sempat meluas beberapa waktu lalu. Peristiwa tersebut menjadi pelajaran penting pentingnya pencegahan sejak dini.
“Kalau semua pihak aktif, risiko bisa kita tekan. Tapi kalau lengah, dampaknya bisa sangat besar,” tutupnya. (Yah/Fch/Klausa)