Samarinda, Klausa.co – Penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Kalimantan Timur khususnya Balikpapan dan Samarinda kian meningkat. Bahkan, kondisi itu dibarengi dengan penuhnya ruangan unit gawat darurat (UGD) disejumlah rumah sakit.
Per 28 September 2022, dari 3.422 kasus DBD yang ditemukan di Kaltim. Kota Samarinda menempati posisi pertama tertinggi sebanyak 1.299 kasus, kemudian disusul Balikpapan diurutan kedua tertinggi kasus DBD.
Menanggapi hal itu, Anggota Komisi IV DPRD Kaltim Ananda Emira Moeis mengatakan bahwa persoalan ini perlu mendapat atensi atau perhatian Pemerintah Kabupaten/Kota yang mengalami peningkatan kasus DBD.
“Saat ini Samarinda dan Balikpapan sudah meningkat, maka pemerintah perlu mencari solusi dan memberikan perhatian lebih terhadap persoalan ini,” ucapnya, ketika ditemui awak media di Ruang Rapat Fraksi PDI Perjuangan, Gedung D Komplek DPRD Kaltim jalan Teuku Umar, Kota Samarinda.
Pada kesempatan itu, Ananda Moeis turut memberikan apresiasi pada semua pihak atas kinerja dan gerak cepatnya terhadap permasalahan ini. “Saya dengar ada beberapa wilayah yang berstatus pandemik di Samarinda. Alhamdulillah dari Puskesmas langsung turun untuk fogging,” jelasnya, Jumat (30/9/2022).
Pun demikian, politikus PDI Perjuangan itu mengingatkan masyarakat agar tetap saling menjaga lingkungan. Menurutnya, langkah dan upaya pemerintah harus diimbangi oleh masyarakat agar kasus DBD ini segera turun. “Intinya, butuh kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, pemerintah harus sigap dan masyarakatnya juga tetap menjaga,” pesannya.
Dijelaskan Wanita kelahiran Jakarta itu, nyamuk demam berdarah dipengaruhi oleh penyakit menular yang disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Beberapa hal pun menjadi penyebab penyakit DBD seperti curah hujan tinggi yang menyebabkan terjadinya genangan air, sehingga akan menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Tidak hanya itu, daya tahan tubuh lemah dan kebiasaan menggantung baju dikamar juga menjadi salah satu faktor seseorang rentan terkena penyakit DBD.
Oleh karenanya, biasakan untuk selalu menyingkirkan, menutup, dan menguras benda-benda di rumah yang berpotensi menimbulkan genangan air, seperti pot, drum, atau toren air sebelum hujan tiba, guna mencegah nyamuk berkembang biak dan menularkan penyakit.
“Kan kalau di kamar mandi nggak boleh ada jentik-jentik, di kebun atau segala macam. Sampah juga harus dikubur, terutama yang basah. Intinya kan jangan sampai mereka berkembang biak terlalu berlebihan. Jadi, harus saling menjaga,” terangnya.
Pemerintah diharapkan untuk selalu siap dan sigap terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi. Masyarakat juga harus saling jaga dan bergotong royong. Pada dasarnya, Ananda Moeis meminta agar masyarakat menjaga diri. Artinya, menjaga rumah sendiri.
“Jangan lupa mengingatkan tetangga dan keluarga terdekat agar bisa menjaga diri. Intinya saling mengingatkan saja, karena semuanya dimulai dari situ dulu. Dimulai dari diri kita sendiri dan orang terdekat. Semoga kasus DBD segera turun, semoga yang sakit bisa lekas sembuh,” harapnya.
Disinggung terkait komitmen bila kabupaten/kota di Kaltim membutuhkan dana darurat atau meminta bantuan keuangan terhadap penanganan kasus ini. Anggota DPRD Kaltim Dapil Kota Samarinda ini menuturkan belum ada pembahasan mengenai bankeu untuk kasus DBD.
Namun, Komisi IV DPRD Kaltim memastikan mendukung hal itu untuk kebaikan dan kesehatan masyarakat. “Tapi saya yakin, pemerintah kabupaten/kota bisa menangani masalah DBD ini. Saya yakin karena mereka cepat tanggap,” tegasnya.
(APR/ADV/DPRD Kaltim)
IKUTI BERITA KLAUSA LAINNYA DI GOOGLE NEWS