Kukar, Klausa.co – Pesut Mahakam atau Orcaella Brevirostris adalah salah satu spesies lumba-lumba sungai yang unik dan langka. Hewan endemik Sungai Mahakam itu memiliki warna abu-abu dan mata yang dikelilingi garis putih. Moncongnya juga lebih pendek daripada lumba-lumba laut. Pesut adalah hewan yang menarik dan cantik.
Sayangnya, pesut terancam punah karena banyak faktor. Mulai habitatnya rusak oleh polusi, perburuan, hingga perikanan. Pesut butuh perlindungan agar tidak punah. Salah satu desa yang peduli dengan pesut adalah Desa Pela di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Desa Pela membuat ekowisata berbasis pesut untuk melestarikan hewan ini. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pela, Alimin Azarbaijan, mengatakan bahwa pelestarian pesut adalah kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.
“Kita sudah berkoordinasi dengan semua pihak yang peduli dengan pesut. Termasuk bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Rasi, ini merupakan yayasan yang selalu mengawasi pesut di Desa Pela. Kami bermitra dengan mereka,” katanya saat dihubungi via telepon.
Desa Pela juga bekerja sama dengan Universitas Mulawarman (Unmul) untuk mengetahui kondisi air Sungai Mahakam. Air yang bersih dan sehat penting untuk pesut. Alimin mengatakan bahwa air di Desa Pela tidak tercemar oleh limbah sawit atau batu bara.
“Kita bekerja sama dengan Unmul untuk tahu kadar air. Kita jaga pesut dari limbah,” katanya.
Pelestarian pesut juga didukung oleh Pertamina Hulu Mahakam melalui program CSR. Banyak pihak yang aktif melindungi pesut. Mereka mengumpulkan data populasi pesut dan memantau kematian pesut. Mereka juga menanam pohon di danau dan pinggiran sungai.
Alimin berharap pelestarian pesut terus berjalan. Desa Pela adalah contoh bagaimana kolaborasi bisa menjaga spesies yang terancam punah. Pelestarian ini juga memberi pengalaman wisata yang berharga.
“Para wisatawan bisa melihat pesut di alam liar,” katanya. (Apr/Mul/ADV/Diskominfo Kukar)