Klausa.co

Bank Sampah Kelurahan Melayu, Upaya Warga Mengelola Sampah Rumah Tangga

Lurah Melayu, Aditya Rakhman (Foto: Dy/Istimewa)

Bagikan

Tenggarong, Klausa.co – Kelurahan Melayu, salah satu kelurahan di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), memiliki cita-cita besar untuk mengembangkan pengelolaan bank sampah. Dengan bank sampah, warga Melayu berharap bisa mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan sekaligus mendapatkan manfaat ekonomis dari sampah rumah tangga mereka.

Lurah Melayu, Aditya Rakhman, mengatakan bahwa bank sampah bisa menjadi modal bagi warga Melayu untuk mengubah perilaku mereka dalam mengelola sampah. “Dengan bank sampah, warga bisa menyadari bahwa sampah bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga peluang usaha,” ujarnya.

Namun, tidak mudah untuk mewujudkan bank sampah di Kelurahan Melayu. Salah satu kendala yang dihadapi adalah ketersediaan bangunan yang layak untuk menampung dan mengolah sampah. Saat ini, Kelurahan Melayu masih mencari lokasi yang cocok untuk dijadikan tempat bank sampah. Aditya berharap, pada tahun 2024 nanti, Kelurahan Melayu sudah bisa memiliki bangunan bank sampah yang memadai.

Baca Juga:  Kelurahan Melayu Siapkan Langkah Antisipasi Banjir, Warga Diminta Jaga Lingkungan

“Di 2024 kami mau optimalkan pengolahan sampahnya, mulai dari pemanfaatan sampahnya bukan hanya menjual. Kalau bisa ada mesin pres sampah dan pengolahan komposnya,” jelas Aditya.

Aditya juga sudah berkoordinasi dengan para Ketua RT di Kelurahan Melayu untuk mendukung rencana pengembangan bank sampah. Dari 50 RT yang ada di Kelurahan Melayu, baru empat RT yang sudah memiliki bank sampah, yaitu RT 37, RT 48, RT 42, dan RT 34. Aditya akan fokus untuk mengoptimalkan pengolahan sampah di empat RT tersebut terlebih dulu. “Biar dalam proses penjemputan dan penjualannya itu terpadu,” timpalnya.

Selain itu, Aditya juga menyadari bahwa pengolahan sampah harus dibina dengan baik di setiap lingkungan RT. Ia mengakui bahwa kultur warga dari masing-masing wilayah berbeda-beda dalam hal mengelola sampah. “Belum semua RT ada bank sampah, karena terkait kultur dan wilayah, kondisi warga. Memang rata-rata di area gunung sentul yang masyarakatnya etnis jawa, gotong-royongnya tinggi,” tuturnya.

Baca Juga:  Fraksi NasDem Apresiasi Kinerja Keuangan Kutim 2023, Dorong Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas

Aditya berharap, dengan adanya bank sampah, warga Melayu bisa lebih peduli terhadap lingkungan dan kesehatan mereka sendiri. Ia juga berharap, bank sampah bisa menjadi contoh bagi kelurahan-kelurahan lain di Kukar untuk mengelola sampah dengan baik dan bijak. (Dy/Mul/ADV/Diskominfo Kukar)

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightâ“‘ | 2021 klausa.co