Klausa.co

Workshop Life Skill, Upaya BKKBN Kaltim Atasi Stunting dan Pernikahan Usia Dini

Suasana workshop life skill bagi fasilitator tingkat kabupaten/kota di hotel Amaris Samarinda (foto: Istimewa)

Bagikan

Samarinda, Klausa.co – Remaja yang menikah muda karena hamil duluan. Itulah salah satu masalah yang dihadapi oleh Kalimantan Timur (Kaltim) saat ini. Untuk mengatasi hal ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Kaltim mengadakan workshop life skill bagi fasilitator tingkat kabupaten/kota. Workshop ini berlangsung selama empat hari, yakni 10-13 Mei 2023, di Hotel Harris Samarinda.

“Kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelatihan modul ‘Tentang Kita’ yang mengajarkan remaja putra dan putri tentang kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Kaltim Sunarto pada Kamis (11/5/2023).

Menurutnya, workshop life skill ini juga bertujuan untuk mencegah stunting, yaitu kondisi pertumbuhan anak yang terhambat akibat kurang gizi.

Baca Juga:  Reza Fachlevi Dorong Regenerasi Pecatur Kaltim Lewat Turnamen Internasional

Sunarto mengatakan bahwa pernikahan usia dini menjadi salah satu faktor penyebab stunting di Kaltim. Pada tahun 2022, hampir semua kabupaten/kota di kedua provinsi itu tercatat ada kasus pernikahan dengan dispensasi, yaitu izin khusus bagi pasangan yang ingin menikah sebelum mencapai usia minimum yang ditetapkan pemerintah.

“Kalau ada pernikahan dengan dispensasi, itu artinya ada ‘sesuatu’ yang terjadi. Biasanya sudah terjadi kecelakaan ‘hamil duluan’. Padahal, pernikahan di bawah umur itu tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak,” ujarnya.

Data BKKBN Kaltim menunjukkan bahwa kasus pernikahan dengan dispensasi tertinggi terjadi di Kabupaten Paser dengan 93 kasus, diikuti oleh Samarinda dengan 91 kasus. Bahkan hingga Kabupaten Mahakam Ulu pun ada kasus serupa.

Baca Juga:  Pemkot Samarinda Mantapkan 10 Program Unggulan Melalui Musrenbang

“Kami melihat persoalan remaja ini sebagai persoalan masa depan. Makanya, kami membuat kegiatan yang bisa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup mereka. Kami berharap dengan adanya workshop life skill ini, para fasilitator bisa memberikan bimbingan yang tepat kepada remaja di daerah mereka,” tuturnya.

Salah satu peserta workshop life skill ini adalah Zubaedah Datu Amas, Fasilitator Pengelola Ketahanan Keluarga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Samarinda. Ia mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini dan mendapatkan modul terbaru dari BKKBN.

“Modul ini sangat penting bagi kami fasilitator dan pendidik sebaya untuk disampaikan kepada remaja di Samarinda. Kami ingin membantu mereka agar bisa mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi, seperti seks bebas, narkoba, bullying, dan lain-lain,” katanya.

Baca Juga:  Pembentukan Desa Persiapan Loa Duri Seberang: Mempermudah Akses Pelayanan Masyarakat

Zubaedah menjelaskan bahwa life skill adalah keterampilan hidup yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan life skill, remaja diharapkan bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi efektif, mengambil keputusan, menyelesaikan konflik, dan bersikap positif.

“Kami ingin remaja Samarinda menjadi generasi yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing. Makanya, kami akan menyebarkan modul ini melalui berbagai kegiatan, seperti seminar, diskusi, pelatihan, dan konseling,” ujarnya. (Apr/Fch/Adv/Diskominfo Samarinda)

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co