Samarinda, Klausa.co – Ratusan mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul) dari berbagai aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakultas menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung rektorat, Jumat (15/8/2025) sore. Aksi ini dipicu oleh kekecewaan terhadap penyelenggaraan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2025 yang dinilai jauh dari prinsip demokrasi kampus.
Menurut Presiden BEM KM Unmul, Maulana, penggunaan Aula GOR 27 September sebagai lokasi utama kegiatan dianggap tidak memadai untuk menampung lebih dari 6 ribu mahasiswa baru.
Ia menilai kapasitas, kenyamanan, hingga aspek keselamatan gedung tersebut tidak memenuhi standar. Sementara itu, usulan tempat alternatif yang lebih layak ditolak tanpa dialog terbuka.
Selain itu, BEM juga mempersoalkan kehadiran perwakilan militer, khususnya dari Pangdam VI Mulawarman, dalam acara PKKMB. Menurut Maulana, hal itu tidak sejalan dengan semangat kebebasan akademik.
“Usulan agar narasumber diisi oleh kalangan akademisi yang relevan pun diabaikan tanpa penjelasan,” tegasnya
Kritik lain yang mencuat, adalah terkait sikap rektorat dan dekanat FKIP yang meminta maaf kepada Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, atas aksi mahasiswa FKIP saat kegiatan PKKMB.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa hanya berdiam diri dan membalikkan badan sebagai bentuk protes damai.
“Meminta maaf atas ekspresi damai mahasiswa sama saja mengingkari jati diri kampus,” ujar Maulana.
Sementara itu, Reynaldi, salah satu mahasiswa yang turut berorasi, menilai langkah rektorat mendatangi wagub dan menyampaikan permohonan maaf justru memberi kesan bahwa mahasiswa FKIP bersalah.
“Aksi tersebut sah saja dan mahasiswa harus dijamin sebagai hak kebebasan berekspresi,” ungkapnya.
Sekitar pukul 16.00 Wita, massa memulai orasi hingga Wakil Rektor (WR) III Unmul, Prof. Bahzar, keluar menemui mereka.
Menanggapi tuntutan itu, Prof. Bahzar mengatakan seluruh aspirasi mahasiswa akan dilaporkan kepada Rektor Unmul, Prof. Abdunnur, yang saat ini berada di Surabaya untuk menghadiri rapat bersama Menteri.
“Keputusan tertinggi ada di tangan rektor, semua tuntutan akan segera saya laporkan,” ujarnya.
Meski pertemuan berakhir tanpa kesepakatan, mahasiswa menyatakan aksi ini belum berakhir. Mereka berencana kembali menggelar demonstrasi dengan jumlah massa yang lebih besar pada 17 Agustus 2025 mendatang.
“Kalau sampai tuntutan kami diabaikan, jangan salahkan kami kalau kampus ini akan dipenuhi gelombang mahasiswa,” tegas Maulana. (Din/Fch/Klausa)