Samarinda, Klausa.co – Hari ini, 355 tahun lalu diklaim sebagai Hari Jadi Kota Samarinda. Ya 21 Januari saban tahun diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Tepian. Dari berbagai sumber yang Klausa.co telusuri, ada berbagai versi terkait pembentukan kota beserta asal nama Samarinda. Berikut penelusuran media ini.
Uniknya, hari jadi kota juga bertepatan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda berdiri. Untuk berdirinya pemerintah daerah tidak ada meragukan keresmian pendirian pemerintah kota pada 21 Januari 1960, karena catatan sejarah yang valid.
Pemkot Samarinda terbentuk tatkala Kepala Daerah Istimewa Kutai, Sultan Aji Muhammad Parikesit tidak berkuasa lagi. Daerah kekuasaannya dibagi menjadi tiga wilayah. Yang kemudian disebut daerah tingkat II. Ketiganya adalah Kabupaten Kutai, Kotapraja Samarinda, dan Kotapraja Balikpapan.
Nah, tanggal serah terima itulah yang terjadi pada 21 Januari 1960. Tiga kepala daerah pemekaran baru menghadiri serah terima dalam sebuah upacara di Istana Kesultanan Kutai di Tenggarong. Artinya, seharusnya HUT Pemkot Balikpapan dan Pemkab Tenggarong juga jatuh pada 21 Januari.
Ternyata hanya Samarinda yang merayakan hari jadi pemerintah daerah. Tenggarong dan Balikpapan tidak demikian. Kedua kota ini hanya merayakan HUT kota. Tenggarong jatuh pada 28 September 1782 dan Balikpapan pada 10 Februari 1897.
Sebenarnya Samarinda sebelum 1988 tidak pernah merayakan hari jadi kota. Nah, pada 1987 Tim Penyusun Sejarah Kota Samarinda melaksanakan seminar sejarah pada 21 Agustus 1987. Dachlansjahrani selaku penyaji berasumsi pada 21 Januari 1668 merupakan hari kedatangan rombongan Bugis Wajo yang dipimpin oleh La Mohang Daeng Mangkona di Kerajaan Kutai. Tanggal tersebut berdasar asumsi dan estimasi pelayaran 64 hari sejak 18 November 1667.
Klaim itu kemudian mendapat legitimasi politis dalam kepemimpinan Wali kota Samarinda Drs. Abdul Waris Husain. Dia mengeluarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor 1 tahun 1988 pasal 1 yang berbunyi: “Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya’ban 1078 Hijriyah”.
Walau bagi sebagian penggiat sejarah Daeng Mangkona masih sebuah kontroversi. Sebab, nama Daeng Mangkona tidak ditemukan dalam sumber arsip dan literatur kolonial. Namanya juga tidak tercatat dalam surat perjanjian antara Bugis dan Raja Kutai. Yang tercatat dalam perjanjian beraksara Arab-Melayu dan penelitian S.W. Tromp (1881) sebagai pemimpin Bugis adalah Anakhoda Latuji.
Meski demikian, saban tahun Pemkot Samarinda selalu merayakan hari jadi pemerintah daerah dan hari jadi kota di tanggal yang bersamaan.
Asal-usul Nama Samarinda
Ada beraneka versi mengenai latar belakang terciptanya nama Samarinda.
Versi pertama berdasarkan persamaan ukuran tinggi rumah-rumah rakit penduduk Bugis Wajo di Samarinda Seberang. Antara satu rumah dengan rumah lain tidak ada yang lebih tinggi antara satu dengan yang lain. Sehingga konstruksi tersebut disebut sama-rendah. Maknanya tatanan masyarakat yang sederahat.
Versi kedua berdasarkan persamaan ukuran tinggi Sungai Mahakam dengan daratan di tepiannya yang sama-sama rendah. Sampai awal dasawarsa tahun 1950-an setiap air Sungai Mahakam pasang naik, sebagian besar jalan-jalan di Samarinda selalu terendam air. Terlebih lagi jika sedang pasang besar, ada beberapa jalur jalan yang sama sekali tidak dapat dilintasi kendaraan karena ketinggian air yang merendamnya.
Guna menanggulangi masalah tersebut, sejak awal 1950-an dilakukan penurapan lalu jalan ditinggikan hingga berkali-kali. Pada tahun 1978 ketinggian total bertambah 2 meter dari permukaan awal sehingga jalan tidak lagi terendam kecuali Mahakam pasang luar biasa.
Versi ketiga berdasarkan asal kata dari bahasa Sansekerta, yaitu “Samarendo” yang berarti selamat sejahtera.
Versi keempat berdasarkan cerita rakyat bahwa nama Samarinda berasal dari bahasa Melayu dari kata “samar” dan “indah”.
Sampai menjelang akhir abad ke-20 atau sekitar dekade 1980-an warga masih menyebut Samarinda dengan lafal “Samarenda”. Walau dalam penulisan sudah berubah menjadi Samarinda. (Red/klausa)