Samarinda, Klausa.co – Di sebuah sudut kafe sederhana, Cafe Kongdjie, Samarinda, Andi Harun, calon Wali Kota Samarinda, bertemu dengan puluhan pemuda dan mahasiswa pada Senin malam (28/10/2024). Diskusi yang bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, momen sakral yang menjadi saksi komitmen Andi untuk membawa perubahan bagi Samarinda.
Dalam pertemuan itu, Andi Harun langsung menyoroti dua hal penting, pendidikan dan kesehatan. Bukan sekadar dua sektor publik, melainkan fondasi utama bagi masa depan kota yang lebih sejahtera. Ia berjanji, pendidikan dan layanan kesehatan akan menjadi fokus utama dalam agenda pembangunan Samarinda ke depan.
Samarinda, menurut Andi, mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 34 persen, sebuah capaian yang pada angka terlihat menggembirakan. Tapi di balik angka-angka ini, Andi tak ingin terlena.
“Angka ini tidak otomatis mencerminkan perbaikan kesejahteraan masyarakat. Kita masih menghadapi masalah kemiskinan dan pengangguran,” ujarnya.
“Ini bukan soal data saja, tetapi bagaimana dampaknya bagi kehidupan warga sehari-hari,” tambahnya.
Andi Harun, yang akrab disapa AH, dengan tegas mengkritisi sistem pendidikan yang selama ini dianggap terlalu berorientasi pada sertifikat tanpa memastikan kesiapan lulusannya untuk bersaing.
“Universitas harus berbenah. Jangan sampai lulusan kita hanya sekadar membawa ijazah. Mereka perlu pemahaman yang mendalam, khususnya di bidang yang mereka tekuni,” tegasnya.
AH berpendapat, jika kualitas lulusan bisa diperbaiki, problem pengangguran pun perlahan dapat diatasi. Ia tak lupa menyinggung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Samarinda yang melonjak hingga 8,62 persen, tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim).
“Ini adalah sinyal positif, tapi kita tak bisa puas. Fokus kita ke depan adalah kualitas, bukan sekadar kuantitas,” katanya lagi.
Pendidikan yang berkualitas, menurutnya, adalah kunci bagi masa depan Samarinda yang lebih baik. Tantangan lain yang ia soroti adalah rendahnya angka mahasiswa di Indonesia dibandingkan negara-negara lain, meski jumlah universitas cukup banyak.
“Ironisnya, kini kampuslah yang sibuk mencari mahasiswa. Harusnya pendidikan tinggi menjadi magnet bagi generasi muda kita,” ujarnya.
Menurut AH, daya tarik pendidikan tinggi perlu diperkuat agar semakin diminati oleh generasi penerus bangsa.
Sementara itu, di sektor kesehatan, Andi melihat perlunya perbaikan layanan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu. Ia menyebut program BPJS gratis yang, menurutnya, bisa menjadi solusi jika benar-benar dioptimalkan.
“Kesehatan adalah hak semua orang. Kita harus memastikan layanan yang memadai bagi seluruh masyarakat,” pungkas Andi, menegaskan visinya tentang pelayanan kesehatan sebagai hak dasar yang harus dinikmati semua warga. (Yah/Fch/Klausa)