Klausa.co

Razia Bukan Solusi, Akademisi Sebut Penanganan Anjal Samarinda Hanya Ulang Siklus

Kawasan titik lokasi tempat maraknya anak jalanan di daerah Simpang Muara Jl Antasari. ( Foto : Din/Klausa )

Bagikan

Samarinda, Klausa.co – Keluhan warga di Kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, kembali mencuat. Keluhan tersebut akibat sekelompok anak jalanan (anjal) diketahui menetap di sebuah rumah kontrakan di kawasan RT 7, tepatnya sekitar Muara Antasari. Keberadaan mereka dianggap meresahkan karena tak memiliki identitas resmi.

Lurah Teluk Lerong Ulu, Anton Sulistiyo, menyebut pihaknya kerap menerima laporan dari warga. Meski upaya penertiban sudah dilakukan berulang kali, mulai dari pembinaan Dinas Sosial hingga razia Satpol PP, kelompok tersebut selalu kembali.

“Sudah sering diingatkan, baik oleh warga maupun aparat, tapi tetap saja kembali lagi. Identitasnya juga tidak jelas,” kata Anton, Jumat (15/8/2025).

Ia menjelaskan, lokasi kontrakan para anjal berada di gang sempit yang padat penduduk. Meski belum menimbulkan keributan, keluhan warga terus berdatangan. Kelurahan juga mengaku kesulitan menemui pemilik kontrakan.

Baca Juga:  Solusi Salehuddin untuk Menyelamatkan Kaltim dari Jerat Kemiskinan

“Harapan kami, jangan sampai ada rumah yang disewakan ke orang-orang tanpa identitas jelas, karena rawan menimbulkan masalah,” tambahnya.

Fenomena anak jalanan ini juga disoroti akademisi Universitas Mulawarman (Unmul), Herdiansyah Hamzah. Akademisi beralias Castro itu menilai kebijakan pemerintah masih sebatas reaktif. Yaknichanya berfokus pada razia dan pengusiran.

“Kalau mau menyelesaikan masalah anak jalanan, jangan hanya dengan razia atau pengusiran. Itu hanya akan mengulang siklus. Solusinya harus struktural,” tegas Castro, Sabtu (16/8/2025).

Menurutnya, anak jalanan tidak berada di jalan karena keinginan sendiri, melainkan karena tekanan ekonomi keluarga. Banyak yang datang dari keluarga tanpa pekerjaan tetap, bahkan sebagian tidak memiliki rumah.

“Selama kebutuhan dasar seperti pekerjaan orang tua, tempat tinggal layak, dan pendidikan anak tidak dipenuhi, mereka akan tetap kembali ke jalan,” ujarnya.

Baca Juga:  RUU Minerba Disahkan, Kampus Terancam Jadi Alat Legitimasi Industri Tambang

Data organisasi sosial mencatat, jumlah anak jalanan di Samarinda meningkat dalam dua tahun terakhir. Mereka kerap ditemui di simpang jalan atau kawasan perdagangan, bekerja sebagai pengamen, pengemis, hingga penjual asongan.

Castro menegaskan, solusi jangka panjang berupa penyediaan lapangan kerja, perumahan layak, dan akses pendidikan harus segera diwujudkan.

“Anak-anak itu punya hak hidup layak. Kalau masalah strukturalnya tidak diselesaikan, mereka akan terus kembali ke jalan,” pungkasnya. (Din/Fch/Klausa)

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightâ“‘ | 2021 klausa.co