Klausa.co

Kisah Warga Desa Tunjungan Kukar, Hidup Tanpa Listrik dan Terisolasi Saat Kemarau

Warga Desa Tunjungan (Foto: Istimewa)

Bagikan

Kukar, Klausa.co – Di tengah kemajuan teknologi dan infrastruktur yang semakin pesat, ada sebagian masyarakat yang masih terbelakang dan terpinggirkan. Mereka adalah warga Desa Tunjungan, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim). Di desa ini, listrik adalah barang mewah yang hanya bisa didambakan. Sejak puluhan tahun lalu, mereka hidup dalam gelap gulita.

Padahal, Desa Tunjungan tidak terlalu jauh dari pusat kecamatan. Hanya berjarak sekitar 15 menit perjalanan dengan perahu motor. Namun, akses ini hanya bisa dilalui saat musim penghujan. Saat kemarau, terusan air yang menghubungkan Desa Tunjungan dengan Desa Sabintulung menjadi dangkal dan sukar dilayari. Warga harus memutar lewat Sungai Kedang Rantau, yang memakan waktu hingga satu jam lebih.

Terusan air ini juga menjadi urat nadi perekonomian warga. Sebagian besar warga Desa Tunjungan berprofesi sebagai nelayan. Mereka menjual ikan segar dan ikan asin ke pasar Selili Samarinda, ibu kota provinsi. Namun, saat kemarau, distribusi ikan terhambat. Warga harus menanggung biaya bahan bakar yang lebih mahal dan risiko kerusakan perahu yang lebih besar.

Baca Juga:  Dihadang Akses dan Modal, Petani Segihan Masih Terjebak Pasar Lokal

“Sekitar bulan Juni sampai Juli, perahu tidak dapat lagi melewati terusan sehingga pengiriman ikan segar terlambat. Kami harus memutar ke Sabintulung,” kata Yahya, seorang pengumpul dan pengelola gudang pengolahan ikan asin di Desa Tunjungan.

Yahya mengatakan, tidak kurang dari 1,5 ton ikan kering dan ikan segar mengandalkan distribusinya melalui terusan itu setiap hari. Ia mengeluh, pendapatan warga menurun drastis saat kemarau.

“Kalau hujan, kami bisa dapat Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta per hari. Kalau kemarau, paling Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu,” ujarnya.

Tidak hanya Yahya, warga nelayan dari desa-desa lain di hulu seperti Desa Liang Buaya, Desa Mulupan, dan Desa Sedulang juga mengalami dampak serupa. Menurut nelayan lainnya, Halim, sejatinya pendalaman terusan air telah dilakukan. Namun demikian, pelaksanaan dan dampaknya masih belum terasa.

“Karena air yang dangkal, nelayan tidak bisa menggunakan terusan tersebut saat kemarau,” ujar Halim.

Baca Juga:  PLN Group Siapkan Rp480 Miliar untuk Bangun PLTS di IKN, Target Rampung Mei 2024

Selain persoalan terusan air, warga Desa Tunjungan juga menghadapi masalah kelistrikan. Dari delapan RT yang ada di desa ini, baru enam RT yang mendapatkan aliran listrik dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dibangun oleh pemerintah. Dua RT lainnya, yaitu RT 03 dan RT 04, masih gelap gulita.

“Kami minta pemerintah segera memasang PLTS di RT kami, soalnya sulit buat kami beraktivitas karena tidak ada listrik. Utamanya di saat malam hari,” keluh Yahya, yang juga merupakan warga RT 03.

Tanpa aliran listrik, tentu para generasi muda di dua RT Desa Tunjungan ini sangat sulit untuk belajar di malam hari.

“Kekanakan kada (anak-anak tidak) pernah bisa belajar saat malam hari, karena tidak ada listrik mengaliri. Kami juga ibu-ibu tidak ada yang bisa diolah (dilakukan), listrik tidak ada siang sampai malam,” timpal Rukayah, seorang ibu rumah tangga di RT 04.

Warga mengaku sudah berulang kali mengajukan permohonan pemasangan PLTS ke pemerintah, namun belum ada realisasi. Mereka merasa diabaikan dan dianaktirikan.

Baca Juga:  Abdi Firdaus Prioritaskan Dua Desa di Bengalon yang 24 Tahun Hidup Tanpa Listrik

“Padahal, kami juga warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pelayanan publik yang baik,” kata Yahya.

Oleh sebab itu, warga pun sangat mengharapkan keseriusan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut. Mulai dari perihal kelistrikan hingga mengatasi kondisi dangkal di terusan air.

“Baru satu bulan dikeruk sudah dangkal lagi,” tutur Halim.

Warga berharap, pemerintah tidak hanya memberikan janji dan wacana, tetapi juga tindakan nyata. Sebab, mereka juga ingin merasakan kemajuan dan kesejahteraan seperti warga lainnya.

Sebagai informasi, desa-desa penghasil ikan air tawar seperti Sedulang hingga Desa Tunjungan merupakan urat nadi produksi ikan baik segar maupun olahan di Kecamatan Muara Kaman. Kecamatan ini merupakn satu dari lima penghasil utama ikan air tawar terbesar di Kukar. Saban tahun daerah ini dapat menghasilkan hingga 200 ribu ton. Bahkan menjadi pemasok 60 persen dari kebutuhan ikan di Kaltim. (Mar/Mul/Klausa)

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightâ“‘ | 2021 klausa.co