Sidoarjo, Klausa.co – Proses penyelamatan korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), terus berpacu dengan waktu. Hingga Selasa (30/9/2025) pagi, tiga santri dilaporkan meninggal dunia, 98 orang mengalami luka-luka, dan 38 lainnya masih belum ditemukan.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD, dan aparat kepolisian masih berusaha menjangkau korban yang diduga terjebak di bawah reruntuhan. Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI M. Syafei, menegaskan pencarian dilakukan tanpa henti demi mengejar waktu emas penyelamatan.
“Saya pastikan operasi SAR ini dilaksanakan terus menerus guna mengejar waktu penyelamatan jiwa para survivor yang diduga masih terjebak di bawah reruntuhan,” ujar Syafeii.
Berdasarkan data resmi, terdapat sekitar 140 santri berada di dalam bangunan saat kejadian. Dari jumlah itu, 102 sudah berhasil dievakuasi. Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, menyebut tim masih berupaya menghubungi korban yang masih hidup di balik reruntuhan.
“Ada satu yang masih bisa berkomunikasi. Kami suplai oksigen, makanan, dan minuman agar bisa bertahan,” kata Nanang.
Para korban luka-luka kini dirawat di RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar, dan RS Delta Surya.
BNPB menyebut runtuhnya bangunan terjadi saat proses pengecoran lantai tiga berbarengan dengan salat Asar berjemaah sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025). Tiang pondasi diduga tidak mampu menahan beban, menyebabkan bangunan roboh hingga lantai dasar.
Struktur bangunan yang ambruk disebut bertumpuk rapat, sehingga menyulitkan proses evakuasi. Alat berat tidak digunakan karena dikhawatirkan memperburuk kondisi reruntuhan.
“Pencarian dilakukan manual dengan peralatan khusus karena kondisi bangunan tidak stabil dan celah sangat sempit,” terang Syafeii.
Di sekitar lokasi, keluarga santri menunggu kabar. Pihak pesantren mengumumkan informasi korban lewat pengeras suara musala Al-Amin. Petugas meminta keluarga segera melapor ke Dokkes Polda Jatim untuk pencocokan data.
“Kami harap keluarga dari santri, baik yang sudah ditemukan maupun yang belum, segera melapor,” ujar petugas pesantren.
Hingga Selasa sore, ratusan personel gabungan masih berjibaku dengan reruntuhan, sementara harapan menyelamatkan korban hidup tetap menjadi fokus utama operasi. (Nur/Fch/Klausa)