Klausa.co

Perkuatan Terowongan Samarinda Sudah Sesuai, Ahli Sarankan Penambahan Rock Bolt untuk Antisipasi

Tommy Trides, Ahli Geomekanika Fakultas Teknik Program Studi Pertambangan Universitas Mulawarman (Unmul) Kalimantan Timur. ( Foto : Istimewa )

Bagikan

Samarinda, Klausa.co — Insiden tanah longsor yang terjadi di lereng sisi kanan inlet tunnel Jalan Sultan Alimuddin, Kecamatan Samarinda Ilir pada Senin (12/5/2025) memicu kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan Terowongan Samarinda yang saat ini masih dalam tahap pembangunan.

Menanggapi hal tersebut, Tommy Trides, Ahli Geomekanika Fakultas Teknik Program Studi Pertambangan Universitas Mulawarman (Unmul) menegaskan, longsor ini disebabkan oleh faktor alam, khususnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung dalam durasi cukup lama.

“Faktor-faktor penyebab longsoran pada lereng antara lain struktur geologi, pelapukan batuan, dan infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam rongga tanah atau batuan. Ketika tanah menjadi jenuh air, beratnya meningkat dan bisa menyebabkan kelongsoran,” jelas Tommy, Selasa ( 13/5/2025 ).

Baca Juga:  Sidak di Tiga Lokasi, Rusmadi Sebut Pedagang Ngeluh Modal Daging sama Seperti Harga Jual

Ia menyebutkan, bahwa kejadian ini tergolong force majeure karena sepenuhnya dipengaruhi oleh kondisi alam yang tak bisa dikendalikan.

Terkait struktur terowongan sendiri, menurutnya perkuatan yang dilakukan di area portal, yakni mulut terowongan telah sesuai prosedur teknis. Perkuatan menggunakan wiremesh dan beton semprot (shotcrete) telah diterapkan.

“Secara teknis perkuatan sudah dilakukan dengan benar. Tapi mungkin nanti bisa ditambah lagi dengan penggunaan rock bolt ancho, yakni baut batuan yang diinjeksikan ke dalam batuan dan dilengkapi pelat penahan di permukaannya untuk mencegah pergerakan batuan,” tambahnya.

Tommy juga menekankan pentingnya monitoring pascakonstruksi, khususnya pengukuran pergerakan lereng secara berkala untuk mendeteksi potensi bahaya sejak dini.

Baca Juga:  Andi Harun Optimistis Terowongan Samarinda Atasi Kemacetan pada 2025

“Monitoring itu penting. Misalnya hari ini diukur pergerakan lerengnya, lalu diulang minggu depan atau bulan depan. Ini untuk memastikan kondisi lereng tetap aman,” ujarnya.

Menanggapi kekhawatiran publik, Tommy memastikan bahwa secara umum proyek terowongan ini tidak tergolong rawan.

“Tidak rawan. Tapi memang di area portal batuannya cenderung lapuk karena kontak langsung dengan permukaan. Oleh karena itu, penguatan tambahan seperti rock bolt bisa menjadi solusi antisipatif,” pungkasnya. (Din/Fch/Klausa)

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co