Samarinda, Klausa.co – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Akmal Malik, melangkah di antara hamparan jagung yang siap dipanen. Lahan ini, dulunya lubang tambang batu bara di Jalan Poros Mugirejo Lubuk Sawah, kini berubah. Kamis (19/12/2025), menjadi panen perdana jagung yang ditujukan sebagai pakan ternak.
Didampingi perangkat daerah Pemprov Kaltim, Akmal Malik tak hanya memimpin panen. Ia juga meninjau budidaya ikan nila yang dikembangkan menggunakan keramba di void tambang. Program ini merupakan kolaborasi antara Kelompok Tani Tegal Rejo, Perkumpulan Penyuluh Pertanian Swadaya Indonesia (PPPSI), dan Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kaltim. Transformasi lahan eks tambang ini menjadi penanda awal bagi mimpi besar: ketahanan pangan berbasis pemanfaatan lahan tak produktif.
“Ini langkah penting. Namun, kita jangan terburu-buru menilai keberhasilannya,” ujar Akmal Malik.
Dia menuturkan, pihaknya perlu mengevaluasi hasilnya. Tanaman jagung dan budidaya nila, semuanya harus diuji efektivitasnya.
“Jangan terburu-buru, ojo kesusu,” tambahnya.
Program ini bukan hanya tentang panen atau budidaya. Melainkan optimalisasi lahan eks tambang untuk kehidupan baru. Akmal juga mengingatkan kelompok tani agar tak sekadar mengejar hasil, tetapi juga memastikan kualitas. Ia mengilustrasikan, bila nila panen, tapi hanya tulang tanpa daging, itu sebuah masalah.
“Kunci keberhasilan ada di pengelolaan yang tepat,” tegasnya.
Dinas Kelautan dan Perikanan telah memberikan bantuan bibit. Namun, keberlanjutan program ini, kata Akmal, bergantung pada komitmen petani. Jika hasil panen memenuhi harapan, Pemprov Kaltim siap mendukung lebih lanjut melalui Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Pertambangan.
“Jika kelompok tani berhasil menunjukkan progres, kami akan menambah bantuan. Ini investasi untuk masyarakat,” tuturnya.
Transformasi lahan eks tambang batubara menjadi ruang produktif bukanlah perkara sederhana. Namun, program ini menunjukkan harapan baru. Di tengah tantangan pemulihan lingkungan, langkah kecil ini bisa menjadi cetak biru bagi wilayah lain. Akmal menutup kunjungan dengan optimisme: “Ini baru awal. Keberhasilan bukan soal panen hari ini, tetapi sejauh mana program ini memberi manfaat jangka panjang.” (Wan/Fch/Klausa)