Samarinda, Klausa.co – Kota Tepian tengah menghadapi lonjakan jumlah pengidap yang terjangkit Human Immunodeficiency Virus alias HIV. Data terbaru Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda mencatat hingga Juli 2025 sudah ada 2.200 pasien yang rutin menjalani pengobatan. Jumlah ini meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya, yang hanya sekitar 500 orang positif hasil skrining.
Kepala Dinkes Samarinda, dr. Ismid Kusasih, menegaskan penanganan HIV kini menjadi perhatian serius karena termasuk dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) nasional.
“Makanya HIV menjadi salah satu virus yang harus difokuskan untuk penatalaksanaan,” ujarnya, Selasa (19/8/2025).
Menurut Ismid, akses pengobatan HIV kini tersedia luas di hampir semua fasilitas kesehatan. Mulai dari puskesmas, rumah sakit, hingga klinik swasta. Pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan juga sudah menyiapkan tata laksana terapi yang bisa dijangkau masyarakat tanpa batasan besar.
Ia menekankan bahwa deteksi dini menjadi kunci utama. Pasien yang cepat terdiagnosis memiliki peluang lebih besar untuk bertahan tanpa jatuh pada fase Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
“Kalau penyakit menular itu semakin cepat ditemukan, maka kematian akibat AIDS bisa ditekan,” jelasnya.
Dinkes Samarinda menemukan mayoritas penularan HIV bersumber dari hubungan seksual berisiko, terutama di kelompok laki suka laki (LSL), serta penggunaan jarum suntik narkoba. Karena itu, menurut Ismid, penanganan HIV tidak bisa hanya mengandalkan sektor medis.
“Kita perlu berkolaborasi, mulai dari pendidikan seksual, peran agama, hingga dukungan sosial,” tegasnya.
Selain itu, stigma masyarakat terhadap penderita HIV masih menjadi penghalang besar. Ismid mengingatkan bahwa diskriminasi justru membuat pasien enggan memeriksakan diri.
“Jauhi penyakitnya, jangan jauhi penderita. Kita justru harus mengobati secara maksimal,” katanya.
Ismid menjelaskan terapi HIV bersifat jangka panjang. Tujuan utamanya adalah menekan kadar virus dalam darah agar tidak berkembang menjadi AIDS. Meski tidak bisa sembuh total, pasien yang patuh berobat tetap dapat hidup normal.
“Tujuan kedokteran adalah bagaimana kita mencegah kematian sebesar-besarnya,” pungkasnya. (Yah/Fch/Klausa)





















