Samarinda, Klausa.co – Di bawah terik matahari Solo yang membakar, Firdaus berdiri di tepi kolam renang. Wajahnya tenang, meski di dalam dirinya, semangat dan ketegangan berpacu. Ini bukan pertama kalinya ia bersaing di ajang nasional, tetapi setiap momen seperti ini selalu punya arti tersendiri. Di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024, Firdaus membawa harapan Kalimantan Timur (Kaltim) di bahunya.
Firdaus bukan sekadar atlet para renang biasa. Pria asal Balikpapan ini telah menaklukkan berbagai rintangan, baik di air maupun dalam hidupnya. Di nomor 200 meter gaya bebas, ia menyentuh dinding kolam lebih dulu—sebuah kemenangan yang memberikannya medali emas, medali yang bukan hanya sekadar logam, tetapi simbol perjuangannya. Tak berhenti di situ, ia menambah perolehan medali dengan perunggu di nomor 400 meter bebas, mempersembahkan kejayaan untuk daerah asalnya, Kaltim.
Di balik gemerlap medali itu, ada kisah panjang yang terurai selama lima bulan di Balikpapan. Di kota minyak itu, Firdaus menempuh sesi demi sesi latihan intensif yang disiapkan khusus oleh pengurus cabang Balikpapan.
“Kami berlatih sekitar 4 hingga 5 bulan. Semuanya disiapkan untuk mencapai hasil terbaik,” ujarnya sambil tersenyum ketika ditemui di Diskominfo Kaltim pada Jumat (25/10/2024).
Namun, kemenangan ini bukan yang pertama. Tiga tahun lalu, di Peparnas Papua 2021, Firdaus juga telah mencatatkan prestasi gemilang—medali perak di nomor 200 meter gaya bebas dan perunggu di 200 meter gaya ganti. Seiring waktu, Firdaus semakin matang dan gigih membawa nama baik Kaltim.
Lahir pada 24 Agustus 1990, perjalanan Firdaus menuju dunia paralympic tidaklah direncanakan sejak awal. Hidupnya berubah ketika kecelakaan tragis terjadi pada 2010, saat ia masih duduk di bangku kelas XII SMA. Peristiwa itu memaksanya beradaptasi dengan kondisi baru. Ia sempat kehilangan arah, hingga akhirnya Guntur, seorang atlet para renang Kaltim, datang dengan tawaran untuk bergabung.
“Sebelum kecelakaan, tidak pernah terpikir untuk jadi atlet. Tapi Guntur yang juga teman saya, menawarkan kesempatan itu dan mengajari saya dari awal,” kenangnya.
Butuh waktu tiga tahun penuh perjuangan untuk Firdaus melewati transisi dari kehidupan lamanya ke kehidupan barunya sebagai atlet para renang. Hari demi hari, latihan menjadi jalan baginya untuk menyalurkan tekad dan membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah batasan bagi semangatnya.
“Intinya tetap semangat dan rajin latihan. Tanpa latihan, prestasi ini mungkin tidak akan pernah saya raih,” ucapnya penuh keyakinan.
Kini, mimpi Firdaus semakin besar. Ia berharap suatu hari nanti bisa berlaga di kancah internasional, membawa nama Indonesia di ajang Asian Paralympic atau mungkin panggung dunia lainnya.
“Mudah-mudahan ada kesempatan dan panggilan untuk tampil di ajang internasional. Semoga doa saya terkabul,” tutupnya dengan tatapan penuh harap. (Wan/Fch/ADV/Dispora Kaltim)