Klausa.co

DLH Samarinda Gencarkan Razia dan Edukasi, Sampah Sungai Jadi Fokus Utama

Kondisi Tumpukan Sampah di Sungai Mahakam, Kota Samarinda. (Ist)

Bagikan

Samarinda, Klausa.co – Sungai Mahakam dan Sungai Karang Mumus, dua urat nadi yang menghidupkan Samarinda, kini mencerminkan wajah kota yang berjuang melawan sampah. Sampah-sampah plastik, sisa rumah tangga, hingga limbah industri mengambang di permukaannya, mengingatkan pada satu kenyataan pahit, yakni peradaban Kota Tepian masih berkutat dengan masalah kebersihan.

Endang Liansyah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda, berbicara tegas. Ia tidak berbasa-basi soal akar masalah.

“Kalau sampah masih ada di sungai, itu bukan salah sungainya. Sampah kan tidak punya kaki untuk berjalan sendiri,” ujarnya.

Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda pun tidak tinggal diam. Berbagai strategi dikerahkan untuk memerangi masalah ini. DLH menggandeng komunitas lokal, mulai dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), pemuda, hingga perangkat desa seperti lurah dan RT. Upaya ini bertumpu pada edukasi pengelolaan sampah, digelar rutin di tingkat kecamatan.

Baca Juga:  Mahulu Kukuhkan Komitmen Bersama Stabilisasi Harga Jelang Ramadan dan Lebaran

Namun, dari setiap pertemuan dan penyuluhan, Endang tahu ada tembok besar yang harus ditembus. Hal tersebut tidak lain kebiasaan masyarakat.

“Kalau kota bersih, itu mencerminkan peradaban yang lebih baik,” katanya.

Tak hanya soal edukasi, hukum pun telah diatur. Denda Rp100 ribu disiapkan bagi siapa saja yang tertangkap membuang sampah sembarangan. Razia sampah kerap dilakukan, melibatkan aparat untuk menindak pelanggar.

“Penegakan hukum ini jalan terakhir. Tapi yang kami utamakan adalah membangun kesadaran,” kata Endang.

Razia ini bukan sekadar gertak sambal. Aldila, Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan DLH Samarinda, mengungkapkan bahwa sidang pelanggaran digelar setiap dua bulan. Dalam satu sidang, tak kurang dari 30 pelanggar dihadapkan pada aturan.

Baca Juga:  Menyongsong Pilkada Serentak 2024, Sinergi Pemda dan Ormas Jadi Kunci Kondusivitas Kaltim

Meski begitu, Aldila tahu perjuangan ini tak bisa selesai dalam semalam.

“Jumlah pelanggar masih tinggi. Ini menunjukkan bahwa perubahan pola pikir masyarakat membutuhkan waktu,” ujarnya.

Samarinda kini berdiri di persimpangan. Di satu sisi, ada upaya gigih pemerintah yang ingin mengembalikan kejernihan sungai. Di sisi lain, ada masyarakat yang harus diajak memahami arti sungai yang bersih. (Yah/Fch/Klausa)

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightâ“‘ | 2021 klausa.co