Kukar, Klausa.co – Pemerintah Desa Segihan mendorong peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk menjadi tulang punggung distribusi sarana produksi pertanian (saprotan). Langkah ini diambil sebagai upaya strategis menjawab tantangan produktivitas pertanian yang kian kompleks.
Sekretaris Desa Segihan, Setiono Anitabhakti, menuturkan bahwa selama ini petani masih menghadapi hambatan dalam mengakses pupuk dan alat pertanian.
“Kehadiran BUMDes bisa jadi solusi untuk memangkas mata rantai distribusi dan memperpendek jarak antara petani dan kebutuhan dasarnya,” kata Setiono saat ditemui pekan lalu.
Desa Segihan memiliki sekitar 100 hektare lahan pertanian aktif, dengan rata-rata hasil panen padi mencapai tiga ton per hektare. Namun, capaian tersebut belum sepenuhnya stabil. Gangguan distribusi pupuk serta dampak perubahan iklim yang semakin tidak terprediksi masih menjadi tantangan besar.
Menurut Setiono, inisiatif ini bukan semata soal efisiensi logistik. Lebih dari itu, pemerintah desa ingin menciptakan sistem pendukung pertanian yang berkelanjutan dan mandiri.
“Kami tak ingin petani terus bergantung pada pasokan dari luar desa, apalagi jika distribusinya tersendat. Kita ingin punya sistem sendiri yang kuat,” ujarnya.
Sebagai bentuk konkret, pemerintah desa kini tengah menjajaki kerja sama dengan Dinas Pertanian serta sejumlah penyedia alat pertanian modern. Tujuannya, memperkuat ekosistem pertanian lokal dan membuka jalan bagi diversifikasi teknologi pertanian.
Tak hanya berhenti pada penyediaan saprotan, program ini juga dibarengi dengan pelatihan dan pendampingan kepada petani. Pelatihan mencakup manajemen pertanian, teknik budidaya modern, hingga adaptasi terhadap perubahan iklim.
Setiono menekankan pentingnya transformasi dari pola pertanian tradisional menuju sistem yang lebih adaptif.
“Kalau bicara ketahanan pangan desa, maka petaninya harus diberi ruang untuk berkembang. Lewat BUMDes dan pendampingan, kami ingin mereka lebih siap menghadapi dinamika ke depan,” pungkasnya. (Yah/Fch/ADV/Pemkab Kukar)