Samarinda, Klausa.co – Di pelosok Kalimantan Timur (Kaltim), mimpi untuk mendapatkan pendidikan layak kerap terbentur pada realitas kekurangan guru. Di Kabupaten Kutai Barat (Kubar) dan Mahakam Ulu (Mahulu), masalah ini menjadi cerita yang akrab. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) kini mencoba menulis ulang narasi itu.
Irhamsyah, Pelaksana Tugas Kepala Disdikbud Kaltim, menyebut bahwa kebutuhan tenaga pengajar di wilayah tersebut sedang dalam tahap pembahasan serius. Permintaan resmi dari pemerintah daerah Kubar dan Mahulu telah masuk ke meja Disdikbud.
“Pengajuan untuk tenaga pengajar, baik di Sekolah Luar Biasa (SLB) maupun SMA/SMK, sedang kami proses. Kami harap ini bisa segera menjawab kebutuhan di lapangan,” jelas Irhamsyah.
Tapi, mengurus angka-angka di atas kertas tak semudah mengisi celah kosong di ruang kelas. Ketimpangan mencolok terlihat, terutama di SLB Negeri Kubar. Dari segi regulasi, satu guru semestinya menangani maksimal lima siswa berkebutuhan khusus. Namun kenyataan di sana jauh dari ideal.
SLB Negeri Kubar, misalnya, hanya memiliki 14 guru dan 6 tenaga pendukung untuk 118 siswa. Rasio yang timpang ini memaksa guru bekerja jauh melampaui kapasitas normal. Kondisi serupa terjadi di SMA 1 Long Apari, Mahulu, dengan 172 siswa dan hanya 18 guru serta 10 tenaga pendukung.
“Kami sadar ini bukan hanya soal jumlah, tapi juga bagaimana memastikan mutu pendidikan tetap terjaga,” ujar Irhamsyah.
Dibalik angka-angka itu, ada cerita tentang anak-anak yang menempuh perjalanan jauh, melewati sungai, bahkan hutan, demi mengejar pelajaran. Ada pula guru-guru yang bertahan di tengah keterbatasan, mengandalkan semangat lebih dari fasilitas yang ada.
Disdikbud Kaltim menyatakan komitmennya untuk memperbaiki situasi ini. Penambahan tenaga pengajar diharapkan mampu membawa perubahan nyata, tak hanya dalam akses pendidikan tetapi juga kualitas pembelajaran di daerah pelosok.
“Kami ingin memastikan pendidikan di Kubar dan Mahulu tidak lagi menjadi sekadar janji, tetapi sebuah kenyataan,” tegas Irhamsyah. (Wan/Fch/Klausa)