Mahulu, Klausa.co – Di jantung perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Mahakam Ulu (Mahulu), sebuah panggung istimewa disiapkan untuk mereka yang memikul warisan zaman. Festival Telinga Panjang digelar, menghadirkan para ibu dan nenek bertelinga panjang sebagai bintang utamanya. Sebuah penghormatan bagi penjaga tradisi yang setia di tengah derasnya arus modernitas.
“Mereka adalah penjaga budaya kita. Melalui festival ini, kita ingin memberikan penghormatan atas peran mereka dalam melestarikan tradisi. Generasi muda harus melihat ini sebagai kebanggaan, bukan beban,” ujar Agustinus Teguh Santoso, Asisten I Bidang Pemerintahan Kabupaten Mahulu, Jumat (29/11/2024).
Bagi masyarakat Mahulu, tradisi telinga panjang bukan sekadar ornamen fisik. Ia adalah simbol kebijaksanaan, status, dan identitas kultural yang melekat sejak masa nenek moyang. Namun, di tengah derasnya gelombang modernisasi, tradisi ini kian jarang terlihat. Festival ini, menurut Agustinus, adalah upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali kebanggaan itu.
“Tradisi ini memiliki filosofi yang mendalam, tetapi kini terancam punah. Melalui festival, kita ingin menghidupkan kembali keindahan dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya,” katanya.
Bukan hanya Festival Telinga Panjang yang menjadi magnet perhatian. Beragam acara lain turut disiapkan, mulai dari tari kolosal tradisional hingga upacara adat yang sarat simbolisme. Semua itu berpuncak pada seremoni resmi tanggal 14 Desember, hari di mana Mahulu merayakan dirinya dengan segala kebesaran tradisi.
“Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk menjaga tradisi nenek moyang. Melalui perayaan besar seperti ini, kita ingin menegaskan bahwa budaya adalah kekuatan dan kebanggaan yang harus terus hidup,” tegas Agustinus. (Nur/Fch/ADV/Pemkab Mahulu)