Samarinda, Klausa.co – Isran Noor menatap hamparan luas pabrik kayu lapis PT Segara Timber di Samarinda, diiringi suara mesin-mesin yang tak pernah henti berdengung. Siang itu, pada Senin (14/10/2024) cahaya matahari merembes melalui celah-celah atap, memantulkan kilatan samar di lantai beton. Di sekelilingnya, pekerja pabrik melanjutkan tugas mereka, meski mata mereka tak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Mantan Gubernur Kaltim itu, bersama pasangannya, Hadi Mulyadi, datang bukan sekadar untuk kampanye. Mereka datang untuk mendengar, merasakan, dan menyelami kehidupan orang-orang yang telah lama mengabdi dalam diam.
Di sudut pabrik, Isran Noor berhenti. Seorang wanita dengan kerutan halus di wajahnya menghampiri. Namanya Mariyamah. Dia telah bekerja di pabrik ini selama lebih dari tiga dekade, menghabiskan masa mudanya, hingga kini sudah memiliki cucu. Ada sinar kelegaan di matanya, bercampur dengan kebanggaan yang tak bisa disembunyikan.
“Sudah lama bekerja di sini, sampai punya cucu. Lebih dari 30 tahun,” katanya pelan, namun jelas terdengar di telinga Isran.
Mariyamah bukan hanya seorang pekerja. Dia adalah saksi hidup dari perubahan zaman, dari masa-masa sulit di mana pabrik kayu lapis hampir gulung tikar hingga kini hanya beberapa yang bisa bertahan, meski sering kali diambang batas.
“Dulu lembur sampai jam 12 malam, bekerja sama bapak ini,” ujarnya sambil menunjuk seorang direksi pabrik yang berdiri di dekat mereka.
Ada tawa kecil yang keluar dari bibirnya, namun cepat berubah menjadi tangis haru. Tangis seorang perempuan yang telah bertahan di tengah gelombang kesulitan, tanpa keluh kesah.
Isran mendengar kisah itu dalam diam, matanya berkaca-kaca. Sosok Mariyamah, dengan segala perjuangannya, mewakili banyak orang yang bekerja di tengah kebutuhan hidup, tak meminta lebih selain kesempatan untuk bertahan.
“Saya punya satu anak laki-laki,” lanjut Mariyamah, senyum tipis melengkung di wajahnya.
“Cucu saya yang pertama sudah TK, yang kedua masih balita. Senang bekerja di sini, meski tidak mudah.”
Saat Isran menepuk bahu wanita itu, waktu seolah berhenti. Di pabrik yang penuh hiruk-pikuk ini, ada momen yang lebih besar dari sekadar kunjungan politik. Ada pertemuan antara seorang pemimpin dan rakyat yang ia layani, pertemuan yang mengingatkan pada inti dari kepemimpinan. Yaitu mendengar dan memahami.
Mariyamah tak lupa mengucapkan doa. “Semoga Bapak panjang umur, terus berjuang untuk kami. Terima kasih Pak, sudah datang. Kami tetap semangat bekerja,” katanya, suaranya lirih namun penuh harapan.
Isran menatapnya, seolah menyerap kekuatan dari kata-kata itu. “Saya siap melanjutkan perjuangan ini bersama rakyat Kaltim,” ucapnya kemudian, dengan suara yang tegas namun lembut.
Bukan sekadar janji kampanye. Kata-kata itu lahir dari pengalaman panjangnya sebagai Gubernur Kaltim, di mana selama masa jabatannya, ia memulai langkah besar seperti Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2023. Lewat peraturan itu, ribuan pekerja rentan di Kaltim, termasuk petani, nelayan, pekerja pabrik seperti Mariyamah, hingga pengajar agama, mendapatkan jaminan sosial. Isran tahu, perlindungan sosial bukan sekadar angka di atas kertas. Itu adalah perisai bagi orang-orang seperti Mariyamah, yang setiap hari mempertaruhkan hidupnya demi pekerjaan.
“Saya percaya, dengan dukungan rakyat, kita bisa mewujudkan perubahan yang lebih baik,” lanjut Isran.
Di tengah perjalanan kampanyenya yang penuh tantangan, suara pekerja seperti Mariyamah menjadi pengingat akan pentingnya keberlanjutan perjuangan ini. Dan di pabrik kayu lapis yang hari itu dipenuhi oleh harapan, Isran Noor berjanji. Tidak hanya untuk melanjutkan pekerjaan yang belum selesai, tapi untuk terus berjuang di sisi rakyat yang telah memberinya kepercayaan. (Nur/Fch/Klausa)