Samarinda, Klausa.co – Rasa cinta tanah air harus ditanamkan dalam hati bangsa Indonesia. Ketika nasionalisme semakin bertumbuh, maka setiap individu akan dengan mudah menghargai bangsa dan negaranya.
Kesadaran, semangat dan keteguhan cinta tanah air sangat penting dimiliki setiap warga Indonesia. Mengingat, Indonesia merupakan negara majemuk, namun kemajemukan ini menjadi kekayaan tersendiri bagi Indonesia.
Salah satu cara untuk menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia, DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Sosialisasi Kebangsaan (Sosbang) yang dihelat setiap bulan. Sasarannya semua elemen masyarakat di Bumi Etam tanpa mengenal suku, budaya, ras dan agama.
Pada Minggu (12/2/2023), Anggota DPRD Kaltim Nidya Listiyono kembali menggelar Sosbang kedua di Jalan Wijaya Kusuma, Kecamatan Samarinra Ulu dengan menghadirkan seorang pemateri dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kaltim Eko Susanto.
Dalam penyampaiannya di depan warga Ikatan Paguyuban Keluarga Tanah Jawi (Ikapakarti) yang hadir. Nidya, mengingatkan bahwasanya kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 tahun adalah bukti nyata perjuangan para pahlawan bangsa.
“Tentu saja, semua yang dilakukan para pejuang saat merebut kemerdekaan itu didasari dengan rasa persatuan. Bahkan, semangat para pejuang tidak main-main, mereka benar-benar memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi,” ungkapnya.
Hanya menggunakan senjata yang terbuat dari bahan bambu yang diruncingkan, para pejuang Indonesia mampu merebut kemerdekaan. Bisa dikatakan, persatuan dan kesatuan bangsa yang paling utama hingga membuat para pejuang berhasil melawan penjajah.
“Kalau dulu berjuang melawan penjajah menggunakan bambu runcing dan senjata perang. Sementara hari ini berbeda, sebab perjuangan kita hari ini untuk melawan paham radikalisme dengan meningkatkan rasa nasionalisme,” terangnya.
Meskipun perjuangan dulu dan sekarang terkesan berbeda, namun semangat dan persatuan itu tidak boleh berbeda pula. Justru, persatuan bangsa di era sekarang ini harus lebih ditingkatkan lagi. Supaya, Indonesia tidak terpecah belah.
“Sekarang kita semua mencoba untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air, cinta terhadap tumpah darah Indonesia, bagaimana kita berbakti kepada negara kita. Jangan sampai kita terpecah belah,” jelasnya.
Ditempat yang sama sebagai pemateri sosbang, Eko Susanto menegaskan, Indonesia harus mempertahankan rasa nasionalismenya dengan memahami empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
“Empat konsensus yang harus dipahami yakni, Pancasila sebagai dasar negara, undang-undang dasar negara sebagai dasar hukum kita, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.
Jika bicara soal Pancasila, dulu ada istilah Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, atau disingkat P4. Setiap anak bangsa di Indonesia mempelajari P4 ini. Akan tetapi sejak tahun 1998, tidak ada lagi pelajaran P4.
“Itu artinya, setelah 23 tahun reformasi hingga saat ini kira-kira ada 68 juta anak Indonesia tidak mendapatkan pendidikan bahkan literasi tentang Pancasila. Jadi, jangan heran jika banyak sekali kasus bom bunuh diri atau pengeboman,” urainya.
“Sebab, mereka terpengaruh ideologi asing dan menganggap apa yang dilakukannya adalah hal paling benar. Sungguh, ada pihak-pihak yang berusaha mengubah ideologi Pancasila. Mereka ingin ideologi di Indonesia ini berubah. Maka dari itu, mari kita pertahankan ideologi Pancasila dan tunjukkan bahwa Indonesia bukanlah Negara yang mudah dipecah belah,” sambungnya. (Apr/Fch/ADV/Klausa)