Klausa.co

Tiga Faktor yang Menjadikan Indonesia Darurat Narkoba

Khairun Nisa, Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNN Kaltim

Bagikan

Samarinda, Klausa.co – Narkoba merupakan salah satu dari tiga isu kontemporer lainnya yang berkembang hingga saat ini di Negara Indonesia. Hal itu dikatakan Khairun Nisa yang merupakan Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNN Provinsi Kalimantan Timur.

“Ada tiga isu kontemporer di Indonesia. Pertama, korupsi. Kedua, terorisme. Ketiga, Narkoba. Bahkan dari tahun 2014, Presiden Republik Indonesia sudah menyatakan bahwa Indonesia dalam kondisi yang darurat Narkoba,” ungkapnya, di Aula MAN 2 Samarinda jalan Harmonika, Sungai Pinang Luar, Kota Samarinda.

Pada kesempatan itu, ia membeberkan beberapa faktor yang mempengaruhi Indonesia menjadi Negara yang darurat narkoba. Pertama, ‘kondisi geografis’. Dimana, Indonesia ini merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17 ribu pulau.

Dengan kondisi memiliki ribuan pulau ditambah kurangnya personil aparat penegak hukum (APH), membuat para pengedar dengan mudah memasukkan Narkotika ke Indonesia.

Baca Juga:  Pilkada Kian Dekat, KPU Kaltim Gelar Sosialisasi Penting untuk Calon Independen

“Kira-kira bisa nggak dijaga APH selama 24 jam, harusnya bisa. Namun lagi-lagi, tentara Indonesia itu terbatas, jadi nggak mungkin. Apalagi di Kaltim ini banyak sungai-sungai kecil yang menjadi jalan tikus bagi para pengedar untuk memasukkan Narkoba ke Indonesia,” jelasnya, Senin (31/10/2022).

Faktor kedua, ‘kondisi demografi’. Indonesia masuk ke dalam daftar Negara paling padat di dunia. Bahkan, menduduki posisi keempat setelah Amerika Serikat. Populasi penduduk di Negara 37 provinsi ini mencapai 276 juta jiwa.

“Jika jumlah penduduk suatu Negara terlalu banyak, maka akan makin banyak pula yang menjadi target para bandar. Karena jumlah penduduk kita sangat banyak,” paparnya, saat menjadi pemateri dalam Sosialisasi Perda Fasilitasi P4GN Prekursor Narkotika dan Psikotropika.

Faktor ketiga, ‘saat ini pengedar menyasar anak-anak’. Dulu peredaran narkoba hanya menyasar orang dewasa yang sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan. Namun sekarang ada narkoba jenis baru yang bentuknya seperti permen, kue atau brownies.

Baca Juga:  Bersama dalam Keberkahan, HIPMI Kaltim Gelar Aksi Sosial Ramadan

“Artinya, para bandar ini sudah menyasar pada kalangan anak-anak. Kan nggak mungkin jika mereka pakai sabu. Apabila narkoba itu dalam bentuk kue dan permen, anak-anak bisa saja tidak sengaja saat mengonsumsinya. Kita harus berhati-hati dan menjaga orang-orang sekitar,” terangnya.

Dimasyarakat lanjut Nisa, ada stigma yang berkembang terhadap pengguna Narkotika. Katanya, para pengguna itu kebanyakan dari anak-anak yang bandel dan berprilaku buruk. Bahkan disebutkan, pasti orang tua sang anak nggak bisa mendidik dengan baik.

Sedangkan stigma disekolah, anak-anak pengguna narkoba sering kali dicap memiliki banyak trouble dan susah diatur. “Itu stigma yang harus kita hilangkan, kenapa, karena orang yang memakai narkoba itu belum tentu salah. Memang dia salah menyalahgunakan, tapi bisa saja dia korban,” ujarnya.

Baca Juga:  KPU Samarinda Siap Rekrut Anggota KPPS, Fokus pada Netralitas dan Profesionalisme

Menurut Nisa, ada berbagai faktor, pemicu dan alasan seorang anak mengonsumsi narkoba. “Bisa saja anak ini punya masalah dan nggak bisa menyelesaikannya. Lalu, ketemu teman dan lingkungan yang nggak baik, akhirnya dia terjerumus,” tuturnya.

Oleh karenanya, jangan menstigma buruk seorang pengguna narkoba terlebih dulu. Stigma seperti ini pun harus dihilangkan. “Apabila ada teman atau keluarga yang menggunakan narkoba, jangan dijauhi dulu. Tapi harus didekati dan dirangkul. Didekati bukan berarti kita ikut-ikutan, namun kita bantu agar dia bisa lepas dari jeratan narkoba,” pesannya.

(APR/Klausa)

 

IKUTI BERITA KLAUSA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co