Samarinda, Klausa.co – Kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak mengalami peningkatan pada pertengahan Agustus 2022. Terhitung sejak Januari hingga Oktober, sebanyak 205 kasus teridentifikasi di Indonesia.
Berdasarkan data yang diterima media ini, Kementerian Kesehatan mencatat kasus GGAPA sudah tersebar di 14 provinsi di Indonesia. Kasus tertinggi berada di DKI Jakarta, Sumatera Barat, Aceh, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Menanggapi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dr Jaya Mualimin mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada kasus GGAPA di Benua Etam.
Hal itu berdasarkan rilis Kementerian Kesehatan per tanggal 19 Oktober 2022. “Ada 11 provinsi yang exclude dari data Kemenkes. Jadi, Jateng, Kalsel, Kaltim, NTT, Papua Barat dan Kalbar itu dikeluarkan dari dugaan GGAPA,” ungkapnya, Kamis (20/10/2022).
Sebelumnya, Provinsi Kaltim memang menerima laporan kasus GGAPA. Ada anak yang dikirim ke Surabaya untuk menjalani pengobatan terkait masalah ginjal. Tapi ternyata setelah didiagnosa, tidak masuk kriteria GGAPA.
“Dilaporkan dalam sistem, memang ada penyebabnya. Namun bukan karena kasus itu, melainkan murni disebabkan penyakit. Kriteria GGAPA yang progresif ini masih misterius penyebabnya,” jelasnya, di Ruang Kerjanya, Kantor Dinas Kesehatan Kaltim jalan A. Wahab Syahranie, Kota Samarinda.
Mantan Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Provinsi Kaltim ini pun berharap agar tidak ada kasus GGAPA di Benua Etam. “Mudah-mudahan tidak ada kasus GGAPA disini,” harapnya.
Sebagai informasi, GGAPA terdeteksi pada Januari 2022 dengan 2 kasus, Februari 2 kasus, Maret 2 kasus, April kasus, Mei 5 kasus, Juni 3 kasus, Juli 5 kasus dan pertengahan Agustus meningkat sebesar 36 kasus.
“Pertengahan Agustus melonjak 36 kasus. Pada September 2022, kasus GGAPA meningkat lagi hingga 78 kasus dengan angka kematian yang juga luar biasa. Dilaporkan, 65 persen tingkat kematiannya,” bebernya.
Pada saat dilakukan investigasi dengan pengambilan sampel obat dari pasien anak-anak yang dirawat dan meninggal karena GGAPA. Ternyata, kasus GGAPA didominasi obat-obatan dalam bentuk cairan. “Saat ini masih dalam tahap investigasi lebih lanjut oleh Kemenkes,” tegasnya.
(APR/ADV/Diskominfo Kaltim)
IKUTI BERITA KLAUSA LAINNYA DI GOOGLE NEWS