Samarinda, Klausa.co – Angka kontribusi pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kalimantan Timur (Kaltim) masih di bawah 10 persen. Namun, pelaku industri menilai data tersebut tidak menggambarkan besarnya perputaran ekonomi yang ditimbulkan sektor ini.
Ketua DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Kaltim, Dian Rosita, menyebut pariwisata sering kali dipandang sebelah mata karena hanya dihitung dari tiket masuk destinasi atau okupansi hotel. Padahal, menurutnya, dampak ekonomi yang ditimbulkan jauh lebih luas.
“Sektor pariwisata lebih berkelanjutan disebabkan bertumpu pada manusia, bukan sumber daya alam. Selain itu, industri pariwisata juga berkaitan dengan sektor lain, contohnya transportasi, akomodasi, kuliner, hingga ekonomi kreatif,” kata Dian dalam diskusi publik bertajuk “Pariwisata untuk Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur” di Samarinda Theme Park, Jumat (26/9/2025) malam.
Ia mencontohkan, di banyak destinasi wisata, pendapatan utama justru berasal dari atraksi tambahan, kuliner, atau layanan transportasi, bukan tiket masuk. Sayangnya, pemasukan itu kerap tercatat dalam pos lain di luar sektor pariwisata.
“Kalau penghitungan hanya dari tiket wahanan dan hotel, tentu bakal terlihat kecil. Tapi kalau dilihat dari sektor yang berkaitan, bisa dilihat dampak ekonominya akan terlihat lebih besar,” jelas Dian.
Pandangan senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Ririn Sari Dewi. Ia menegaskan bahwa pariwisata tak bisa dilepaskan dari pembangunan infrastruktur, konektivitas transportasi, hingga peningkatan kualitas hidup masyarakat.
“Pariwisata dapat menjadi dasar pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kuat. Terlebih, untuk persiapan pasca-migas,” ungkap Ririn.
Bumi Etam berdasar Indeks Pembangunan Pariwisata Nasional mendapat skor 4,54. Capaian ini menempatkan Kaltim pada posisi lima nasional.
Selain itu, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) juga ikut mendongkrak kunjungan wisatawan, termasuk melalui kegiatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
Optimisme makin kuat dengan adanya rencana pembukaan penerbangan langsung dari Brunei ke Balikpapan.
“Transportasi yang lebih mudah akan membuat wisatawan tak perlu transit lagi di Jakarta,” tambah Ririn.
Diskusi malam itu ditutup dengan satu benang merah, pariwisata tidak semata-mata soal destinasi, tetapi soal efek berganda yang mampu menggerakkan ekonomi masyarakat.
“Kuncinya kolaborasi semua pihak untuk menjadikan pariwisata sebagai industri masa depan Kaltim,” pungkas Ririn. (Fch2/Klausa)