Samarinda, Klausa.co – Kota Samarinda berhasil menurunkan angka stunting dari 10,74 persen menjadi sekitar 9 persen. Hal ini diklaim oleh Rinda Wahyuni Andi Harun, Wakil Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Samarinda.
Menurut Rinda, TPPS telah melakukan berbagai upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya stunting dan pentingnya pemenuhan gizi yang baik. Salah satunya adalah melalui kegiatan Goes To School dan Goes To Kampus yang menyasar siswa SMA dan mahasiswa di beberapa universitas di Samarinda.
“Kami memasukkan materi tentang stunting, akibat pernikahan dini, sex bebas,” kata Rinda kepada Klausa.co beberapa hari lalu.
Selain itu, TPPS juga rutin mengecek Posyandu dan memberikan sosialisasi kepada ibu-ibu yang memiliki balita. Rinda mengatakan bahwa penurunan angka stunting tidak lepas dari kerjasama semua pihak yang terlibat.
“Berbagai stakeholder yang ada, baik dari Dinas KB nya, tenaga kesehatan dan juga berbagai instansi yang ada, semuanya dikeroyok untuk menurunkan angka stunting,” ujarnya.
Rinda menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan stunting, seperti kurangnya asupan gizi saat hamil, pernikahan dini, dan infeksi. Oleh karena itu, TPPS memberikan edukasi kepada calon pengantin agar mempersiapkan diri menjadi orang tua yang baik.
“Jadi kami edukasi kepada calon-calon pengantin agar pada saat setelah pernikahan, mempersiapkan bagaimana cara menjadi seorang ibu dan memenuhi kebutuhan gizinya ketika nanti sudah memiliki anak,” jelasnya.
Dalam rangka meningkatkan pemenuhan gizi bagi masyarakat, TPPS juga bekerja sama dengan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk membuat resep makanan bergizi tinggi. Salah satu contohnya adalah daun kelor yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi.
“Seperti daun kelor yang gizinya sangat tinggi, jadi PKK tetap membantu pemerintah dalam hal penurunan stunting,” pungkasnya. (Apr/Fch/Adv/Diskominfo Samarinda)