Samarinda, Klausa.co – Wakil Wali Kota Rusmadi Wongso memaparkan perkembangan terkini kasus stunting dan kemiskinan ekstrem di Samarinda saat mengikuti roadshow daring Kabupaten/Kota se-Kaltim bersama Menteri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI, pada Kamis (16/3/2023).
Pada 2022, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami peningkatan prevalensi balita stunting sebesar 1,1 persen dari 22,8 persen jika dibanding pada angka stunting tahun 2021. Itu artinya, ada kenaikan menjadi 23,9 persen.
Dari data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi daerah penyumbang stunting tertinggi di Kaltim. Dengan angka 27,1 persen. Berikutnya, Samarinda sebesar 25,3 persen. Kemudian, diikuti Kabupaten Paser dengan angka 24,9 persen.
Diwawancara usai mengikuti roadshow daring bersama kementerian, orang nomor dua di Kota Samarinda ini mengatakan kasus stunting di Bumi Etam mengalami peningkatan.
“Saya rasa Gubernur sudah menyampaikan bahwa kasus stunting di Kaltim mengalami peningkatan. Rupanya, Samarinda termasuk yang meningkat dari 21,6 persen menjadi 25,3 persen,” ungkapnya.
Akan tetapi, lanjut Rusmadi, terjadi perbedaan data kasus yang dimiliki oleh SSGI dan pihak lainnya. Sebaliknya, kasus stunting di Kota Samarinda mengalami penurunan apabila mengacu pada data yang dimiliki Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM).
“Paling tidak, ini hanya sebagai pembanding saja. Berdasarkan data dari E-PPGBM, jumlah kunjungan justru banyak ke Posyandu. Dari beberapa anak yang diukur dan ditimbang, ternyata ada penurunan kasus dari 10,7 persen menjadi 9,8 persen,” jelasnya.
Meskipun ada perbedaan antara data yang dimiliki SSGI maupun E-PPGBM. Ditegaskan pria kelahiran 1962 ini, tidak ada maksud atau bukan berarti Pemerintah Kota Samarinda menganggap bahwa data yang dimiliki SSGI kurang tepat. Akan tetapi, data dari SSGI dan E-PPGBM ini hanya sebagai pembanding saja.
“Tadi kita juga lihat, data sampel antara SSGI dan E-PPGBM berbeda. Jumlah kunjungan ke Posyandu berbeda. Sampel yang digunakan SSGI lebih besar daripada milik E-PPGBM,” beber mantan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kaltim ini.
Kendati demikian, Rusmadi merasa data yang ada ini akan menjadi semangat Pemerintah Kota Samarinda untuk lebih bisa bekerja keras dan fokus menangani persoalan stunting di Ibu Kota Provinsi Kaltim.
“Terlepas dari itu semua, saya kira ini justru menjadi semangat kita untuk lebih bekerja keras dan fokus menangani masalah stunting di Kota Samarinda,” tegasnya. (Apr/Fch/Adv/Diskominfo Samarinda)