Samarinda, Klausa.co – Data elektronik Pemantauan Pertumbuhan dan Gizi Balita Masyarakat (e-PPGBM) menunjukkan adanya penurunan angka stunting pada balita di Kota Samarinda dari tahun 2021 ke 2022.
Namun, data Survei Sosial dan Gizi Indonesia (SSGI) justru menunjukkan adanya kenaikan angka stunting pada balita di kota yang sama.
Apa penyebab perbedaan data tersebut?
Sub Koordinator Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda, Rudy Agus Riyanto, mengatakan, perbedaan data tersebut memang menjadi perdebatan.
Menurut Rudy, e-PPGBM mengumpulkan data riil ibu dan balita yang datang ke posyandu. Sedangkan, SSGI tidak mengumpulkan data secara keseluruhan.
“Prinsipnya gini, kita enggak bisa bandingkan hasil survei dengan data rill. Survei menjadi acuan, menjadi warning (peringatan) bagi puskesmas. Prinsipnya kita inginkan, data rill nama dan alamat, tangani,” kata Rudy.
Rudy mengimbau agar masyarakat Kota Samarinda, khususnya ibu dan balita, untuk rajin datang ke posyandu. Sehingga, apabila ada terindikasi berpotensi stunting, maka pihaknya sesegera mungkin melakukan intervensi.
“Misalkan dia terindikasi kurang gizi, kita bisa cegah. Ada gangguan pertumbuhan, masih bisa kita cegah,” ujar Rudy.
Dinkes Samarinda terus berupaya keras untuk mencegah terjadinya kasus stunting baru. Seperti yang diinstruksikan Kementerian Kesehatan RI. (Mar/Mul/Adv/Diskominfo Samarinda)