Samarinda, Klausa.co – Kontingen Kalimantan Timur (Kaltim) menorehkan prestasi membanggakan pada ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024 di Solo. Di akhir kompetisi, kontingen Benua Etam ini finis di posisi 13, membawa pulang 38 medali yang terdiri atas 7 emas, 18 perak, dan 13 perunggu. Hasil ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan capaian Peparnas sebelumnya. Pada Peparnas 2021 di Papua, Kaltim hanya menempati peringkat 15 dengan raihan 5 emas, 14 perak, dan 5 perunggu.
Di bawah naungan National Paralympic Committee Indonesia (NPCI), para atlet disabilitas Kaltim terus mengukir prestasi di ajang nasional ini. Namun, tahukah pembaca bagaimana awal mula olahraga untuk penyandang disabilitas ini dibentuk?
Ketua NPCI Kaltim, Suharyanto, mengisahkan bahwa olahraga disabilitas di Indonesia pertama kali diprakarsai pada 31 Oktober 1962 melalui Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC). Organisasi ini kemudian bertransformasi menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) pada Musyawarah Olahraga Cacat Nasional (Msusomas) ke-VII di Yogyakarta pada 1 November 1993.
Tahun 2005, sejalan dengan keputusan General Assembly International Paralympic Committee (IPC), istilah “paralympic” ditetapkan sebagai standar internasional bagi olahraga disabilitas. Negara-negara anggota IPC pun diwajibkan mencantumkan kata “Paralympic” dalam nama organisasi mereka.
“Pada 27-28 Juli 2010, organisasi ini resmi menjadi National Paralympic Committee (NPC) Indonesia,” ungkap Suharyanto saat konferensi pers di Diskominfo Kaltim, Jumat (25/10/2024).
Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Kemenkumham RI No. AHU-0020126AH.01.07 tahun 2015 yang mengesahkan pendirian badan hukum NPC Indonesia pada 25 November 2015.
Paralympic mempertandingkan berbagai cabang olahraga bagi atlet dengan beragam jenis keterbatasan, seperti amputasi, pengguna kursi roda, Les Autres, Cerebral Palsy, serta tunanetra.
“Kaltim sendiri memiliki keunggulan di sejumlah cabang olahraga, seperti Akuatik Renang, Tenis Meja, Atletik, Angkat Berat, dan Panahan,” lanjut Suharyanto.
Pemerintah melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim terus memberikan dukungan penuh bagi para atlet paralympic ini. Bukan hanya demi menjaga prestasi, tetapi juga untuk membawa nama harum Benua Etam di tingkat nasional. (Wan/Fch/ADV/Dispora Kaltim)