Klausa.co

Delegasi Kalimantan Timur di Peru: Belajar dari Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Provinsi Kaltim dalam pertemuan Governor’s Climate and Forest-Task Force (GCF-TF) digelar di Pucalpa, Ucayali, Peru.(Ist)

Bagikan

Peru, Klausa.co – Ujang Rachmad, Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), baru saja menjejakkan kakinya di tanah Pucalpa, Ucayali, Peru. Ia mewakili Provinsi Kaltim dalam pertemuan Governor’s Climate and Forest-Task Force (GCF-TF), sebuah aliansi global yang terdiri dari 38 provinsi dan wilayah subnasional dari 10 negara. Di sana, Kaltim terus meneguhkan peran strategisnya dalam menjaga kelestarian hutan tropisnya yang menjadi salah satu terbesar di dunia.

Kolaborasi internasional ini menjadi arena penting bagi Kaltim yang berkomitmen untuk menahan laju deforestasi dan degradasi lahan, sembari menegakkan prinsip emisi rendah dalam pembangunan berkelanjutan. Bagi Kaltim, partisipasi dalam GCF-TF bukan sekadar ajang internasional, tapi komitmen nyata dalam menjaga paru-paru dunia.

Baca Juga:  Perubahan Iklim Kian Nyata, Kutim Gaet Pelaku Usaha dalam Gerakan Proklim

“Agenda GCF-TF tahun ini mengangkat konsep New Forest Economy,” ujar Ujang.

Konsep ini menyatukan tiga pilar penting dalam pengelolaan hutan berkelanjutan: masyarakat adat, pemerintah, dan industri. Sebuah model yang menurut Ujang, perlu dipelajari lebih dalam untuk diterapkan di Kaltim.

Pada Kamis (10/10/2024) lalu, pertemuan diawali dengan kunjungan lapangan ke komunitas adat Ashaninka di San Jose de Yunuya. Komunitas ini terkenal sebagai pengelola hutan legal seluas 1.600 hektare. Mereka memanfaatkan buah aguaje (Mauritia flexuosa) tanpa merusak ekosistem hutan.

“Mereka tidak menebang pohon untuk memanen, tapi tetap ada tantangan di lapangan,” ungkap Ujang.

Komunitas Ashaninka telah mengintegrasikan pengelolaan hutan mereka dengan industri lokal. Buah aguaje yang mereka panen diolah menjadi produk minuman dan es krim, salah satu bentuk pengembangan ekonomi berbasis hasil hutan non-kayu. Kerjasama antara komunitas adat dan industri inilah yang menjadi contoh nyata bagaimana ekonomi lokal bisa berkembang tanpa mengorbankan lingkungan.

Baca Juga:  Dugaan Korupsi TPP RSUD AWS, Akmal Malik Turun Tangan, Perbaikan Sistem Menjadi Fokus Utama

Delegasi Kaltim juga berkesempatan bertemu Julia Satomi Hashiguchi, pemimpin perusahaan agroforestri Campodrim. Perusahaan ini fokus pada pengolahan buah-buahan lokal seperti aguaje dan acerola menjadi produk bernilai tambah, seperti pulpa beku. Dengan menggabungkan teknik pertanian tradisional dan inovasi modern, Campodrim berhasil memadukan kelestarian alam dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.

Tidak berhenti di situ, Ujang dan delegasi Kaltim juga mengunjungi Super Frío, sebuah pabrik es krim yang berbahan dasar buah-buahan lokal Amazon. Perusahaan ini, yang telah berdiri sejak 2006, menjadi model peran sektor industri dalam pembangunan ekonomi regional yang tetap menjaga keseimbangan ekosistem.

“Praktik-praktik ini harus kita pelajari dan, jika memungkinkan, diadaptasi di Kaltim,” ujar Ujang.

Baca Juga:  Dalam Sorotan, RUU Penyiaran Baru dan Kontroversi Pelarangan Jurnalisme Investigatif

Menurutnya, model pengelolaan berbasis masyarakat dan agroforestri ini sejalan dengan visi Kaltim untuk pembangunan hijau dan keberlanjutan jangka panjang.

Dengan kolaborasi dan komitmen yang kuat, Kaltim terus menegaskan posisinya sebagai bagian dari solusi global terhadap perubahan iklim, sekaligus menjaga warisan hutan tropis yang menjadi kebanggaan Indonesia. (Wan/Fch/Klausa)

Bagikan

.

.

Search
logo klausa.co

Afiliasi :

PT Klausa Media Indonesia

copyrightⓑ | 2021 klausa.co