Samarinda, Klausa.co – Salah satu penyebab stunting di Indonesia adalah pernikahan dini. Pernikahan di bawah 19 tahun bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual, dan gangguan kesehatan lainnya.
Pada wanita hamil di bawah usia 18 tahun, organ reproduksinya belum matang. Organ rahim misalnya, belum terbentuk sempurna sehingga berisiko tinggi mengganggu perkembangan janin dan bisa menyebabkan keguguran. Jika nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan, bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sangat berisiko terkena stunting.
Untuk mencegah stunting akibat pernikahan dini, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Samarinda berupaya mencetak generasi yang tangguh, mandiri dan berkualitas sehingga akan tercipta keluarga sejahtera di Benua Etam ini.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan pembekalan life skill kepada para remaja. Life skill adalah keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Meliputi aspek kognitif, sosial, emosional, dan spiritual.
“Jika para remaja diberikan keterampilan hidup, maka mereka bisa mengambil keputusan yang baik dan menjadi contoh bagi teman-teman sebayanya. Contohnya, pembekalan life skill yang sedang digencarkan BKKBN perwakilan Kaltim,” ungkap Sub Koordinator Ketahanan Remaja DPPKB Kota Samarinda Zubaedah Datu Amas, saat ditemui di Ballroom Hotel Harris Samarinda, beberapa waktu lalu.
Zubaedah menambahkan, life skill juga bisa mencegah remaja terjerumus ke perilaku berisiko tinggi seperti seks bebas, pernikahan dini, dan penyalahgunaan narkoba. Perilaku-perilaku yang menyebabkan risiko kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular seksual, dan gangguan kesehatan lainnya.
Jika keterampilan hidup para remaja sudah baik, mereka akan selalu berpikiran positif, dampaknya pasti akan menuju ke kehidupan berkeluarga yang halal dan menghindari seks bebas. Akhirnya, generasi tangguh bisa terwujud.
“Makanya, kita harus memberikan mereka pemahaman tentang risiko besar melakukan seks bebas. Kita juga memberikan pemahaman dampak menikah di usia muda yang berisiko bakal melahirkan anak stunting. Semua upaya ini untuk mencetak generasi tangguh dan berkualitas menuju Indonesia Emas 2045,” tegas Zubaedah. (Apr/Fch/Adv/Diskominfo Samarinda)Â